Ini Merupakan blog pribadi saya, sebagai arsip pribadi yang bisa disaksikan untuk umun dan semoga bermanfaat, Berisi Ilmu Pendidikan, Info Unik, Terbaru, Cerita Seru, Tugas Kuliah, dan Masih banyak lagi.

Saturday 7 February 2015

EVALUASI PENDIDIKAN




 Laporan buku atau sering disebut dengan istilah Book Report merupakan salah satu tugas kuliah yang sangat menjenuhkan, karena memang tugas ini menuntut untuk melek terhadap buku, namun kita jangan pernah memandang sebelah mata tugas tersrbut, karena sesungguhnya banyak sekali manfaat dari tugas yang sering diselewengkan istilahnya menjadi "Book Repot" ini. 
 

Nah disini saya mencoba posting dari tugas kuliah saya mengenai book repot tersebut, adapun buku yang saya ambil untuk membuat book report yaitu buku Evaluasi Pendidikan yang ditulis oleh Drs. H. Daryanto, bagi saya posting ini sebagian tujuannya untuk menyimpan data tugas-tugas kuliah saya, namun saya berharap posting ini bisa lebih bermanfaat bagi sesama, karena pepatahpun mengatakan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya hehehe..... selamat membaca....

BAB I


1.    Judul Buku             : Evaluasi Pendidikan

2.    Penulis                    : Drs. H. Daryanto

3.    Tahun Terbit           : 2010

4.    Penerbit                  : PT. Rineka Cipta

5.    Kota Terbit             : Jakarta

6.    Cetakan ke             : 6



Buku ini saya pilih karena memebahas mengenai cara mengevaluasi atau menilai kegiatan yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Buku ini sangat penting untuk mahasiswa jurusan kependidikan dan praktisi kependidikan karena evaluasi dalam kegiatan pendidikan dapat menjadi bahan pertimbangan dan tolak ukur untuk mencapai tujuan instruksional. Selain itu evaluasi dalam proses belajar mengajar dapat memberikan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pendidikan dalam kurikulum sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
             



LAPORAN ISI BUKU


Bab 1 PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. (Blom : 1971)

Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. (Stufflebeam : 1971)

Evaluasi artinya penentuan kesesuaian antara penampilan (unjuk kerja) dan tujuan.Evaluasi adalah Pertimbangan profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang membuat pertimbangan tentang daya tarik atau nilai sesuatu.


B.  Tujuan Evaluasi Pendidikan

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan daapat berupa :

1.    Penempatan pada tempat yang tepat,

2.    Pemberian umpan balik,

3.    Diagnosis kesulitan belajar siswa, atau

4.    Penentuam kelulusan.

Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama :

1.    Tes penempatan,

2.    Tes formatif,

3.    Tes diagnostik, dan

4.    Tes sumatif.


Fungsi evaluasi ada beberapa hal :

1.    Evaluasi berfungsi selektif, dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain :

a.    Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.

b.    Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.

c.    Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

d.   Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

2.    Evaluasi berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kelebihan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah decari cara untuk mengatasi.

3.    Evaluasi berfungsi sebagai penempatan, pendekatang yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4.    Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum.

Evaluasi dalam proses pengembangan  sistem pendidikan dimaksudkan untuk :

1.    Perbaikan sistem,

2.    Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat,

3.    Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.


Bab 2 PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK EVALUASI




Prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut :

1.    Keterpaduan, tujuan intruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan.

2.    Keterlibatan siswa, prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) yang menuntuk keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak.

3.    Koherensi, evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.

4.    Pedagodis, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.

5.    Akuntabilitas, sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu kepada pihak-pihak yang berkepentingan  dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.


B.  Teknik Evaluasi

Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua maca, yaitu :

1.    Teknik non tes, ada beberapa teknik non-tes yaitu :

a.    Skala bertingkat (rating scale), menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan.

b.    Kuesuioner (questionaire), sering dikenal sebagi angket. Pada dasarnya adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).

c.    Daftar cocok (check-list), deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan.



d.   Wawancara (interview), adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanpa tanya jawab sepihak.

e.    Pengamatan (observation), suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis

f.     Riwayat hidup, adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.

2.    Teknik tes, tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari segi kegunaaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu :

a.       Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

b.      Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.

c.       Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.


Bab 3 KLASIFIKASI TUJUAN INSTRUKSIONAL


1.    Tujuan institusional adalah tujuan dari masing-masing institusi atau lembaga. Misalnya :

a.       Tujuan Sekolah Dasar.

b.      Tujuan Sekolah Menengah Pertama.

c.       Tujuan Sekolah Pendidikan Guru.

2.    Tujuan kurikuler adalah tujuan dari maasing-masing bidang studi. Misalnya :



a.       Tujuan pelajaran pendidikan agama.

b.      Tujuan pelajaran matematika.

c.       Tujuan pelajaran ilmu pengetahuan sosial.

Tiap-tiap tujuan, baik institusional maupun tujuan kurikuler selalu merupaan sumbangan bagi tercapainya tujuan umum, yakni tujuan pendidikan nasional.


B.  Tujuan Instruksional

Ada dua macam tujuan instruksional yaitu :

1.    Tujuan instruksional umum (TIU).

2.    Tujuan instruksional khusus (TIK).

Perbedaan atas dua macam tujuan ini didasarkan atas luasnya tujuan yang akan dicapai. Setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan instruksional :

1.    Guru mempunyai arah untuk :

a.       Memilih bahan pelajaran

b.      Memilih prosedur (metode) mengajar.

2.    Siswa mengetahui arah belajarnya.

3.    Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) saling menutup (overlap) antara guru.

4.    Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.

5.    Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kritera untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.


C.  Merumuskan Tujuan Instruksional

Langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) :

1.    Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan.

2.    Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukan perubahan tingkah laku. Contoh-contoh rumusan untuk TIU :

a.       Memahami teori evaluasi.

b.      Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.

c.       Mengerti cara mencari validitas.

d.      Menghayati perlunya penilaian yang tepat.

e.       Menyadari pentingnya mengikuti kulian dengan teratur.

f.       Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang. Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu :

1.    Tingkah laku akhir (terminal behavior).

2.    Kondisi demonstrasi (condicion of demonstration or tes).

3.    Standar keberhasil (standar of performance).


D.  Data-Data Operasional

1.    Cognitif Domain

a.    Pengetahuan (knowledge)

b.    Pemahaman (comprehension)

c.    Aplikasi

d.   Analisis

e.    Sintesis

f.     Evaluasi

2.    Affectife Domain

a.       Resiving

b.      Responding

c.       Valuing

d.      Organization

e.       Characterization by value or value complex

3.    Psikomotor domain



a.       Muscular or motor skilis

b.      Manipulation of materials or objects

c.       Neuromuscular coordination


E.  Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya :

1.    Dengan penulisan yang betul.

2.    Urut dari yang paling tinggi.

3.    Dengan bahasanya sendiri.


Bab 4 BERBAGAI TEKNIK EVALUASI

A.  Measurement Model

Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua di dalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal di dalam proses evaluasi pendidikan.

1.    Hakikat evaluasi

Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran didalam melaksanakan proses evaluasi.

2.    Ruang lingkup evaluasi

Yang dijadikan objek dari kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.

3.    Pendekatan

Alat evaluasi yang lazim digunakan didalam model evaluasi ini adalah tes tertulis atau paper and pencil test. Secara lebih khusus lagi, bentuk tes yang biasanya digunakan adalah bentuk tes objektif yang soal-soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya.


Model yang kedua ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadaap model yang pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menujikan adanya persamaan dengan model yang pertama.

1.    Hakikat evaluasi



Evaluasi ini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan pendidikan.

2.    Ruaang lingkup

Berhubung evaluasi menurut model yang kedua ini dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian (congrunce) antara tujuan dan hasil belajar, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah tingkah laku siswa. Secara lebih khusus, yang dinilai di sini adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behavior) yang perlihatkan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.

3.    Pendekatan

Sehubungan dengan aspek-aspek hasil belajar yang perlu dievaluasi, model ini tidak membatasi alat evaluasi hanya pada tes tertulis atau paper and pencil testsaja. Carrol misalnya, menyebutkan perlunya digunakan alat-alat evaluasi lain seperti tes perbuatan dan juga observasi.

Langkah-langkah yang perlu ditempuh d dalam proses evaluasi menurut model ini, Tyler mengajukan empat langkah pokok, yaitu :

a.    Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.

b.    Menetapkan “tes situation” yang diperlukan.

c.    Menyusun alat evaluasi.

d.   Menggunakan alat evaluasi.


Model ketiga ini merupakan reaksi terhadap kedua model terdahulu. G. V. Class dalam tulisannya yang berjudul Two Generations of Evaluation Modelsmenyebut midel ketiga ini sebagai Educational System Evaluations Modelkarena ketiga ruang lingkupnya yang jauh lebih luas dari kedua model yang terdahulu.

1.    Hakikat evaluasi

Evalusi menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan performancedari berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgementmengenai sistem yang dinilai tersebut.

2.    Ruang lingkup

Dimensi dari sistem pendidikan yang dijadikan objek evaluasi di dalam model yang ketiga ini  lebih luas yaitu mencakuop dimensi peralatan/sarana proses dan hasil atau produk yang diperlihatkan oleh sistem yang bersangkutan.

Ruang lingkup evaluasi yang diajukan oleh model ketiga ini adalah bahwa:

a.    Objek evaluasi dalam rangka pengembangan kurikulum atau sistem pendidikan mencakup sekurang-kurangnya tiga dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses, dan hasil yang dicapai.

b.    Jenis-jenis data yang diperlukan dalam proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif (judgemental data).

3.    Pendekatan

Ada dua pendekatan utama yang diajukan  oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu :

a.    Membandingkan performance setiap dimensi sistem dengan kriteri intern dalam sistem itu sendiri, ditempuh pada saat sistem masih berada pada fase pengembangan dan masih mengalami perbaikan-perbaikan.

b.    Membandingkan performance setiap dimensi sistem dengan kriteria ekstern di luar sistem yang bersangkutan, ditempuh pada saat sistem sudah berada dalam keadaan “siap” setelah mengalami perbaikan-perbaikan selama fase pengembangan.


D.  Illuminative Model

Sebagaimana halnya model yang ketiga, model yang keempat ini pun dikembangkan  sebagai reaksi terhadap dua model evaluasi yang pertama, yaitu measurement dan congrruence. Penggunaan nama Illuminative modeloleh pengembangannya didasarkan atas alasan bahwa penggunaan berbagai cara penilaian di dalam model ini bila dikombinasikan akan “help illuminative problems, issues, and significant program features” . model ini dikembangkan terutama di Inggris dan banyak dikaitkan dengan pendekatan dalam bidang antropologi.

1.    Hakikat evaluasi

Model yang keempat ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif dan “terbuka”. Sistem pendidikan yang dinilai tidak ditinjau sebagai suatu yang terpisah melaikan dalam hubungan dengan suatu learning milieu, dalam konteks sekolah 



sebagai lingkungan material dan psikososial, yang guru dan muridnya bekerja sama.

Tujuan evaluasi menurut model yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem yang bersangkutan : bagaimana pelaksaan sistem tersebut dilapangan, bagaimana pelaksaan itu dipengaruhi, oleh situasi sekolah tempat yang bersangkutan dikembangkan, apa kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar para siswa.

2.    Ruang lingkup

Model keempat ini mengarahkan kegiatan evaluasinya tidak hanya pada aspek hasil belajar siswa melainkan pada aspek yang lebih luas. Objek evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup :

a.    Latar belakang dan perkembangan yang dialami oleh sistem yang bersangkutan;

b.    Proses pelaksanaan sistem itu sendiri;

c.    Hasil belajar yang diperlihatkan oleh para siswa;

d.   Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaansampai dengan pelaksanaanya dilapangan.

3.    Pendekatan

Model evaluasi ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang disebut sebagai agricultural-botany paradigm, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen dalam bidang psikologi.

Sehubungan dengan tujuan dan pendekatan evaluasi yang dianut oleh model ini, ada tiga fase kegiatan evaluasi yang diajukan yang secara berturut-turut disebut : observe, inquiry further, dan seek to explain.


Bab 5 PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek



kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hierarki piramidal.

1.    Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pengetahuan atau kemampuan mengingat ini dapat dirinci sebagai berikut :

a.    Terminologi

Kemampuan yang paling besar ialah mengetahui arti tiap kata.

b.    Fakta-fakta lepas (isolated facts)

Fakta-fakta yang diketahuinya tetap berdiri sendiri tanpa dihubungkan dengan fakta atau gejala lainnya.

c.    Cara-cara mempelajari fakta

Fakta-fakta lepas itu harus dipelajari, cara mempelajarinya antara lain dengan jalan mempertimbangkan, mengkritik, atau mengorganisasikan fakta-fakta lepas tersebut.

1)   Konvensi

Mempelajari berbagai peraturan, baik peraturan pemerintah, peraturan agama, peraturan khusus dalam masyarakat, maupun peraturan yang dikenal sebagai etik pergaulan.

2)   Tren dan urut-urutan pergaulan

Anak dituntut mengetahui proses, arah, serta gerakan fenomena (kejadian) dalam hubungan dengan waktu.

3)   Kriteria

Siswa dapat menyebut standar untuk mengevaluasi atau mengukur sesuatu tanpa sampai pada hasil evaluasi atau pengukuran dengan berpedoman standar tersebut.

4)   Metodologi

Siswa diminta mengetahui macam-macam pendekatan yang dipakai untuk mempelajari dirinya dan lingkungan hidupnya.

d.   Universal dan abstraksi

Pengetahuan akan bagan-bagan dan pola-pola utama yang dipakai untuk mengorganisasikan fenomena-fenomena. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

1)   Prinsip-prinsip dan generalisasi

Siswa diharuskan menguasai prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu yang berhubungan dengan bahan pengetahuan lain.

2)   Teori

Teori merupakan perumusan-perumasan yang paling abstak, dan dapat menunjukan saling berhubungan dan organisasi dari hal-hal yang khusus.

2.    Pemahaman (comprehension)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinyatanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu :

a.    Menerjemahkan (translation)

b.    Menginterpretasi (interpretation)

c.    Mengekstrapolasi (extrapolation)

3.    Penerapan (application)

Dalam jenjang kemamuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan kongkret. Situasi dimana ide, metode, dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata.

Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan dengan suatu masalah, entah riil atau hipotesis, yang perlu dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliknya. Dengan demikian, penguasaan aspek ini sudah tentu harus didasari aspek pemahaman yang mendalam tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah tersebut.

4.    Analisis (analysis)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau eadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas. Kemampuan analisis diklasifikasi atas tiga kelompok, yaitu :

a.    Analisis unsur

Dalam analisis unsur diperlukan kemampuan merumuskan asumsi-asumsi dan mengidentifikasi unsur-unsur penting dan dapat membedakan antara fakta dan nilai. Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk merumuskan TIK dan mengatur kemampuan ini adalah: membedakan, menemukan, mengenal, membuktikan, mengklasifikasikan, mengakui, mengkategorikan, menarik kesimpulan, menyebarkan, merinci, dan menguraikan.

b.    Analisis hubungan

Analisis jenis ini menuntut kemampuan mengenal unsur-unsur dan pola hubungannya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai merumuskan TIK adalah menganalisis, membandingkan, membedakan, dan menarik kesimpulan.

c.    Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi

Jenis analisis ini menuntuk kemampuan menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi, kata kerja operasional yang dapat dipakai merumuskan TIK adalah: menganalisis, membedakan, menemukan, dan menarik kesimpulan. 

5.    Sintesis (synthesis)

Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa tulisan dan rencana atau mekanisme.

6.    Penilaian (evaluation)

Dalam jenjang kemamuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kritria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedimikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar, atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.

Ajaran Islam memang harus diamalkan, untuk itu mesti terampil dalam mengamalkannya. Tetapi, ajaran Islam juga harus diketahui dan dipahami. Disekolah, pembinaan agama Islam dilakukan segala teratur.

Pengetahuan tentang agama Islam terdiri atas pengetahuan konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang ada di dalam ajaran Islam. Ajaran Islam banyak mengandumg konsep dan prinsip.

Dalam ajaran Islam banyak sekali konsep. Islam, muslim, mukmin, takwa, syahadat, zakat, puas, haji, syarat, rukun, adalah sebagian dari sekian banyak konsep yang dimaksud. Pengetahuan tentang konsep-konsep dalam ajaran Islam tidaknya penting dilihat dari sudut sistem pengetahuan, tetapi juga penting dilihat dari segi pengamalan. Pemahaman yang benar tentang konsep itu dapat membantu benarnya pengamalan ajaran Islam.


B.  Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan.

1.    Menerima (receiving)

Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubunga dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai kepada minat khusus dari pihak siswa.

2.    Menjawab (responding)

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab (misalnya secara sukarela membaca tanpa ditugaskan) atau kepuasaan dalam menjawab (misalnya  membaca untuk kenikmatan atau kegembiraan).

3.    Menilai (valuing)

Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar  penerimaan nilai (ingin memperbaiki keterampilan kelompok) sampai ke tingkat komitmen yang lebih tinggi (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif).

4.    Organisasi (organization)

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan konflik diatara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal. Jadi, memberikan penekanan pada membandinkan, menghubungkan dan mensintesiskan nilai-nilai. Hasil belajar bertalian denngan konseptualisasi suatu nilai (mengakui tanggung jawab tiap individu untuk memperbaiki hubungan-hubungan manusia) atau dengan organisasi suatu sistem nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya baik dalam hal keamanan ekonomis maupun pelayanan sosial).

5.    Karakterisistik dengan suatu nilai atau kompleks nilai (characterization by a value or value complex)

Pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”. Jadi, tingkah lakunya menetap, konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar meliputi sangat banyak kegiatan, tapi penekankan lebih besar diletakan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu menjadi ciri khas atau karakteristik siswa itu.

Kata-kata kerja operasional untuk merumuskan TIK yang mengukur jenjang kemampuan dalam ranah afektif adalah :

a.    Menerima (receiving) : menanyakan, menjawab, menyebutkan, memilih, mengidentifikasikan, memberikan, mencandrakan (describe), mengikuti, menyeleksi, menggunakan dan sebagainya.

b.    Menjawab (responding) : menjawab, melakukan, menulis, berbuat, menceritakan, mengemukakan, melaporkan, dan sebagainya.

c.    Menilai (valuing) : menerangkan, membedakan, memilih, mempelajari, mengusulkan, menggambarkan, menggabung, mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca, daan sebagainya.

d.   Organisasi (organization) : mengorganisasi, menyiapkan, mengatur, mengubah, membandingkan, mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun, memadukan (combine), menyelesaikan, menjelaskan, menyatukan, (synthesize), menggeneralisasikan, dan sebagainya.

e.    Karakterisasi dengan suatu nilai atau komleks nilai (characterization by a value or value complex) : menggunakan, mempengaruhi. Memodifikaasi, mengusulkan, menerapkan, memecahkan, merevisi, bertindak, mendengarkan, mengusulkan, menyuruh, membenarkan, (varivy) dan sebagainya.

Inti beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi, yang dimaksud beragama pada intinya ialah beriman, (dalam pembahasan mendalam, ditemukan bahwa iman itu adalah keseluruhan Islam tersebut). Inti pendidikan agama Islam ialah penanaman Iman.


C.  Pengukuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor dikelompokan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neomuscular. Maka, kata-kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah :

1.    Keterampilan motorik (muscular or motor skills) : memperlihatkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), menggerakan, menampilkan, melompat, dan sebagainya.

2.    Manipulasi benda-benda (manipulation of materialor objects) : menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, merevisi, dan sebaagainya.

3.    Koordinasi neomuscular : menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.

Penanaman iman kebanyakan berupa menciptakan kondisi yang memberikan kemungkinan tumbuh dan berkembangnya rasa iman pada jiwa atau hati anak didik. Rasa iman itu mungkin dalam bentuk rasa cinta, rasa kagum, rasa hormat pada Tuhan, para nabi dan pada ajaran-ajaran agama.




Bab 6 PROSEDUR PELAKSANAAN EVALUASI

            Pekerjaan mengevaluasi ada prosedur tersendiri, meskipun perlu untuk ditekankan, bahwa pekerjaan mengevaluasi itu lebih tepat untuk dipandang sebagai suatu proses kontinu. Suatu kontinous proses yang tidak terputus-putus, tetapi ada gunanya juga mengetahui prosedur apa sajakah yang merupakan titik-titik penghubung dari proses yang bersifat kontinu tadi.


A.  Langkah Perencanaan

Sukses yang akan dapat dicapai oleh suatu program evaluasi telah turut ditentukan oleh memadai atau tidaknya langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan.


B.  Langkah Pengumpulan Data

Menetukan data apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik. Soal penentuan data yang harus dikumpulkan untuk keperluan suatu tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan.



 Data yang telah terkumpul harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan ini kita sebut penelitian data atau verifikasi data dan maksudnya ialah untuk memisahkan data yang “baik” yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan kita proleh mengenai individu atau sekelompok individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang akan hanya merusak atau mengaburkan gambaran yang akan kita peroleh apabila turut kita olah juga.



Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan “makna” terhadap data yang ada pada kita. Jadi hal ini berarti bahwa tanpa kita olah, dan diatur lebih dulu itu sebenarnya tidak dapat menceritakan suatu apapun kepada kita.



Memisahkan langkah penafsiran dari langkah pengolahan sebenarnya merupakan suatu pemisahan yang terlalu dibuat-buat. Dalam praktek kedua langkahini tidak dipisah-pisahkan kalau kita melakukan suatu pengolahan terhadap



sekumpulan data, dengan sendirinya kita akan memperoleh “tafsir” makna data yang kita hadapi.



Hasil pengukuran memiliki fungsi utama untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik. Hasil pengukuran secara umum dapat dikatakan bisa membantu, memperjelas tujuan instruksional, menentukan kebutuhan peserta didik, dan menentukan keberhasilan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran.

1.    Memperjelas tujuan instruksional

Sebelum diberlakukannya kurikulum 1975, para pendidik kebanyakan dipandu oleh buku teks (buku pegangan) dalam proses belajar mengajar. Tidak tertulis apa tujuan yang ingin dicapai proses pembelajaran itu. Guru dan peserta didik mengikuti secara tertib apa yang ditulis pada setiap halaman buku teks. Pada saaat ujuan barulah peserta didik mengetahui hal-hal yang pokok dalam pelajaran selama ini.

Dengan berlakunya kurikulum 1975 sampai sekarang, dalam persiapan mengajar dan dalam sebagian buku telah tercantum tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu. Pendidik melaksanakan tugasnya sesuai dengan persiapan yang telah direncanakan. Ia menyampaikan kepada peserta didik tujuan instruksional yang ingin dicapai melalui pelajaran itu. Jadi peserta didik pada awal pembelajaran sudah mengetahui arah dan tujuan yang ingin dikuasainya.

2.    Penilaian awal yang menentukan kebutuhan peserta didik

Penilaian awal ini bentuknya dapat dengan mempelajari catatan kemajuan dari sekolah asal, sebelum peserta didik mengikuti program yang dikembangkan dan atau melalui tes awal (­pre-test) yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta tentang materi yang akan diberikan.

Tes awal dapat digunakan sebagai pelengkap atas catatan kemajuan yang diterima dari sekolah, atau satu-satunya sumber yang dapat digunakan untuk merancang program yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Hasil tes awal dapat berfungsi untuk :

a.    Menentukan kesiapan peserta, antara lain sejauh mana peserta telah memilih kemampuan untuk mengikuti program yang dikembangkan.

b.    Menentukan bagian-bagian mana dari program yang telah dikuasi peserta.

c.    Menetukan efektifitas program setelah dilaksanakan terakhir. Seberapa banyak pengetahuan peserta meningkat dengan adanya program (perbedaan skor tes akhir dengan tes awal).

d.   Mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk menata program sesuai dengan peserta.

3.    Memonitor kemajuan peserta didik

Monitoring kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan peserta didik pada jalur yang membawa hasil-hasil belajar yang maksimal. Monitoring dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus.



Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang selanjutnya merupakan laporan kemajuan sekolah. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat khususnya orang tua peserta didik dapat tercapai.

Agar anggota masyarakat dapat dinilai kemajuan sekolah secara objektif seyogianya setiap lembaga pendidikan membuka diri untuk memberi informasi secara berkala. Pemberian informasi ini dapat berupa laporan umum dan  laporan khusus tentang prestasi yang dicapai oleh sekolah.

1.    Laporan kemajuan umum

Secara berkala, terutama pada akhir program sekolah, masyarakat diberi informasi tentang bagian yang telah dilaksanakan. Laporan kemajuan ini dapat berbentuk laporan fisik dan laporan melalui media.

a.    Laporan kemajuan umum yang berbentuk fisik dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti pameran dan pertandingan pameran.

b.    Laporan kemajuan umum yang berbentuk media, selain laporan resmi kepala sekolah kepada atasannya, yang ditulis rutin, juga perlu dikembangkan laporan yang dapat dibaca masyarakat baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronika.

2.    Laporan kemajuan khusus



Laporan ini pada umumnya bersifat pribadi, karena menyangkut diri pribadi peserta didik. Laporan ini ditujukan khusus kepada peserta didik dan orang tuannya. Paling tidak ada dua jenis wadah yang dapat digunakan untuk menyampaikan laporan ini yaitu melalui :

a.    Pertemuan dengan orang tua peserta didik

Pertemuan pendidik/guru dengan orang tua peserta didik merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan buku rapor peserta didik. Dengan adanya pertemuan tatap muka ini kedua belah pihak akan membagi saling melegakapi informasi tentang pribadi peserta didik. Melaui pertemuan ini masalah yang dihadapi di sekolah ataupun yang terjadi di rumah akan dapat dicari jalan keluarnya demi keberhasilan peserta didik.

b.    Buku laporan kemajuan atau buku rapor

Kalau pada laporan kemajuan umum telah dipamerkan kegiatan atau kegiatan individual atau hasil kegiatan kelompok yang menyangkut pengembangan ranah kognitif (proses berfikir), ranah psikomotor (keterampilan manual), maupun ranah afektif (apresiasi, kecermatan, ketelitian, kerjasama, kreativitas, dan sebagainya), maka seharusnya dalam buku rapor ketiga ranah ini dilaporkan kemajuannya bagi setiap peserta didik.

Bukankah setiap pendidik berkewajiban untuk mensukseskan Tujuan Pendidikan nasional. Hasil usaha pendidik tersebut seyogianya tercantum dalam buku kemajuan rapor peserta didik.




Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu :

1.    Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut.

2.    Mengadakan analisis soal (terms analysis). Analisis soal adalah suatu prosefur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.



3.    Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehinga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.

4.    Mengadakan checking reabilita. Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.



Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Beberapa masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu : taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.

1.    Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang teerlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.

2.    Daya pembeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

3.    Pola jawaban soal



Yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat O.

Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Engecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distractor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.




Pertama sekali yang harus menjadi titik perhatian ialah bahwa cara dan alat evaluasi itu ditentukan oleh isi TIK. TIK yang dirumuskan dengan benar pasti dapat menunjukan cara dan alat evaluasi yang efektif dan efisien. TIK itu berisi salah satu dari tiga kemungkinan : mengenai pemahaman (kognitif), penerimaan (sikap, efektif), dan keterampilan (psikomotor). Karena itu tesnya pun harus sesuai dengan isi itu, tes pengetahuan, tes sikap dengan skla sikap, tes keterampilan dengan tes tindakan (performance test).

Konsep utama dalam hal evaluasi ialah bahwa evaluasi haruslah terus menerus dan menyeluruh. Terus menerus diterapkan dalam bentuk menyelenggarakan tes harian (post test), tes bulanan (formatif) dan tes akhir program (tes sumatif), menyeluruh diterapkan dengan menyelenggarakan pengetesan yang ditujukan kepada seluruh daerah binaan (kognitif, afektif, dan psikomotor), psikomotor itu mencakup aspek keterampilan melakukan dan melakukannya dalam kehidupan (pengalaman).



Kesiapan yang paling penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan dihubungkan dengan tujuan pengajaran, karena



entering behavior mampu menjelaskan kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada empat hal yang harus iperhitungkan dalam menentukan entering behavior siswa, yaitu :

1.    Masalah kesiapan;

2.    Hal kematangan;

3.    Perbedaan individu;

4.    Perbedaan individu siswa.


1.    Skala bebas adalah angka tertinggi dari skala yang digunakan tidak selalu sama. Contohnya angka tertinggi tidak hanya angka sepuluh tapi bisa menggunakan angka 15, 25, dan seterusnya.

2.    Skala huruf, selai menggunakan angka pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A, B, C, D, dan E.



Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa-siswi suatu kelas didasarkan pada dua macam standar, yaitu :

1.    Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

Dengan dasar bahwa hasil belajar siswa debandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal ini skor tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan terlihat dalam berbagai bentuk kurva.

2.    Distribusi nilai berdasarkan standar relatif

Dalam menggunakan standar relatif atau norm-referenced, kedudukan seseorang selalu dibandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok. Dalam ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kurva kuling positf atau juling negatif, tetapi dalam norm-referenced selalu tergambar dalam kurva normal. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa apabila distribusi skor tergambar dalam kurva juling fositif, yang kurang sempurna adalah soal-soal tesnya, yaitu terlalu sukar.



Pendapat Gronlund dalam distribusi nilai ini, skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai disebut juga Standar Nines atau Staines. Untuk menentukan persentase siswa yang mendapat nilai, diambil dari nilai gabungan antara nilai tes formatif dan sumatif. Selain standar nines atau staines ada lagi standar yang lain, yaaitu :

1.    Standar eleven (stanel), dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan sistem penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, sistem penilaian membagi sekala menjadi 11 golongan.

2.    Standar sepuluh, di dalam Buku Pedoman Penilaian (Buku IIIB Seri Kurikulum SMU Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar relatif, dengan nilai berskala 1-10. Untuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu :

a)      Mean (rata-rata skor).

b)      Deviasi Standar (simpangan baku).

c)      Tabel konversi ke dalam nilai berskala 1-10.

3.    Standar lima

Kembali kepada Gronlund selain ia mengemukakan penyebaran nilai dengan angka, juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf. Gronlund tidak menggunakan huruf E tetapi huruf F singkat dari Fail (gagal). Rentangan persentase ini hanya berlaku bagi populasi yang sangat heterogen. Apabila populasi telah terseleksi akibat kenaikan kelas atau pindah ke tingkat sekolah yang lebih tinggi, maka golongan F yang ada di ekor kiri akan berkurang.







Dalam penulisanlaporan buku ini, saya mencoba membandingkan dengan lima buku dengan judul yang berbeda tetapi masih berkaitan dengan kurikulum dan pembelajaran. Meskipun terdapat beberapa perbedaan tatapijika ditinjau dari segi pembahasan kurikulum dan pembelajarannya pada intinya hampir sama, berikut saya uraikan perbandingan buku yang telah saya analisis.

1.    Buku Evaluasi pendidikan yang ditulis Drs. H. Daryanto, menyajikan pembahasan tentang evaluasi pendidikan yang telah disesuaikan dengan silabus kurikulum nasional, yakni konsep dasar evaluasi pendidikan, klasifikasi tujuan instruksional, teknik evaluasi, pengukuran ranah kognitif, efektif, dan psikomotor dalam pendidikan agama Islam, prosedur pelaksanaan evaluasi, analisis butir-butir instrumen evaluasi, dan interpretasi nilai evaluasi.

2.    Buku Belajar dan Pembelajaran yang ditulis Dr. Dimyati dan Drs Mudjiono, membahas mengenai proses belajara mengajar. Beberapa diantaranya dalam buku ini terdapat motivasi belajar, masalah-masalah dalam pemelajaran dimana guru sebagai pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan memecahkan masalah-masalah belajar siswa, konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran, pembelajaran dan pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.

3.    Buku yang ditulis Prof .Dr. Made Pidarta dengan judul Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem, membahas mengenai konsep dasar dalam perencanaan, didalamnya membahas mengenai pendidikan dan pembelajaran yang baik agar mencapai tujuan yang ditentukan.Kemudian membahas mengenai prosedur perencanaan yang harus diperhatikan  agar prencanaan tersebut mempunyai strategi dan system yang baik dalam pengelolaan pendidikan.

4.    Buku Kurikulum dan pembelajaran yang ditulis oleh Dr. Oemar Hamalik, membahas tentang pengertian pendidikan hakikat belajar,  membahas tentangkurikulum dan motivasi belajar. Dalam pendekatan pembelajaran, buku ini membahas mengenai perkembangan konsep pembelajaran, model pembelajaran berdasarkan teori-teori pembelajaran kemudian membahas pula mengenai



strategi belajar mengajar yang efektiv yang nantinya dapat digunakan saat proses belajar mengajar dilakukan.

5.    R.Ibrahim dan Nana Syaodih S penulis dalam buku Perencanaan Pengajaran membahas mengenai : Bagaimana merumuskan tujuan yang akan dicapai, cara apa yang akan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, dan materi/ alat apa yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran. Serta membahas mengenai beberapa bentuk format perencanaan pengajaran yang semuanya terarah kepada satu tujuan, yaitu agar terlaksana proses belajar- mengajar yang efesien dan efektif serta relevan dengan misi dan tujuan instruksional yang di susun dalam kurikulum.


Untuk mahasiswa kependidkan, buku Evaluasi Pendidikan yang ditulis oleh Drs. H. Daryanto memberikan ilham dan pengetahuan mengenai bagaimana cara mengetahui tingkat pencapaian tujuan pendidikan dalam kurikulum, sehingga para pendidik akan tahu langkah apa yang harus dilakukan supaya tujuan pendidikan tercapai. Dari segi pembahasaan tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami dan banyak contoh yang diunggah dalam buku sehingga memberikan pemahaman yang mendalam bagi pembaca.











Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

Buku ini menyajikan pembahasan tentang evaluasi pendidikan yang telah disesuaikan dengan silabus kurikulum nasional strata 1 IAIN, yakni konsep dasar evaluasi pendidikan, klasifikasi tujuan instruksional, teknik evaluasi, pengukuran ranah kognitif, efektif, dan psikomotor dalam pendidikan agama Islam, prosedur pelaksanaan evaluasi, analisis butir-butir instrumen evaluasi, dan interpretasi nilai evaluasi.





            Demikian laporan buku yang dapat saya sajikan, karena saya masih dalam tahap pembelajaran mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan maupun penyajiannya. Saya berharap laporan buku ini dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya untuk saya pribadi. Atas perhatianya saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb






Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Syaodih, R. I. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Pidarta, M. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan System. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

EVALUASI PENDIDIKAN Rating: 4.5 Diposkan Oleh: In sepiring inovation

1 komentar: