A. Pengertian Variasi Mengajar
Pengertian “variasi” menurut kamus ilmiah popular adalah
‘selingan’, selang-seling, atau pergantian. Udin S. Winataputra (2004)
mengartikan “variasi” sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton.
Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang
sengaja diciptakan atau dibuat
untuk memberikan kesan yang unik. Adapun variasi mengajar merupakan
keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam proses belajar mengajar adakalanya siswa, bahkan guru mengalami kejenuhan.
Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajran. Untuk
mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar
yang bervariasi. Kejenhuhan siswa dalam memperoleh pelajaran dapat diamati
selama proses belajar mengajar berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk,
mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura mau kekamar kecil hanya untuk
menghindari kebosanan. Karenanya, pengajaran yang bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi
belajar mengajar berjalan normal.
B. Prinsip Penggunaan Variasi Gaya Mengajar
Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa
adalah yang menjadi focus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak
lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan
hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak ada
seorang gurupun yang ingin agar siswa tidak senang dan tidak bergairah dalam
belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika
sebagian siswa tidak mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau
tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi pelajaran
tertentu.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk
aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang
kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa
prinsip penggunaan variasi mengajar, dan harus benar-benar diperhatikan dan
dihayati guna mendukung tugas mengajar dikelas .
Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1.
Dalam menggunakan
keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus
ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2.
Menggunakan
variasi secara lancardan
berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak
rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3.
Penggunaan
komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik
yang diterima dari siswa. Biasanya terdapat dua umpan balik yaitu umpan balik
tingkah laku yang menyangkut perhatian dan ketertiban siswa. Umpan balik
informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
C. Tujuan Variasi Mengajar
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya
kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Orang akan lebih suka bila hidup itu di isi dengan variasi dalam arti yang positif. Begitupun
sama halnya seperti saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sangat penting
diterapkannya variasi mengajar, supaya tidak dapat menimbulkan kejenuhan bagi
siswa ataupun gurunya, dan pembelajaran tidak menjadi monoton.
Bila guru dalam
proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa,
perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak
tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi
tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media
dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara
integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan
kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas
penggunaannya dari pada keterampilan lainnya, karena
merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang
lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi
pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru
dapat menunjukkan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan
berganti-ganti, adanya perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa,
siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk. Penggunaan
variasi terutama ditujukkan pada perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa.
Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar
Di dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran
yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang
tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan
menyebabkan siswa kurang mengerti akan bahan yang diberikan guru. Dalam jumlah
siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Berbagai faktor memang
mempengaruhinya, misalnya: faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran,
situasi di luar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi
pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang menyenangi materi pelajaran yang
diberikan guru.
Kurang
senangnya seorang siswa terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan guru
dapat diatasi dengan pemilihan variasi pembelajaran yang sejalan dengan gaya
belajar siswa.
Perhatian
siswa dalam proses belajar mengajar lebih fokus karena dengan perhatian yang
diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang dijelaskan guru, akan mendukung
tercapainya tujuan pelajaran yang dicapai. Indikator penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Fokus perhatian
siswa adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konsteks pencapaian
tujuan pembelajaran.
Variasi mengajar mampu meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap
materi yang dijelaskan atau belum. Siswa menjadi aktif selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi
Motivasi
memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar
dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,
guru selalu memberikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak
didalam diri setiap siswa selama pengajaran langsung. Dalam proses belajar
mengajar dikelas, tidak semua siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap
sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi
guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada
masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang
kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa
yang selalu memperhatikan materi pelajaranyang diberikan, bukanlah maslah bagi
guru. Karena didalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi
instrisik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri
memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan.
Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya sangat dapat
mengganggu perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada
motivasi didalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari
luar dirinya mutlak diperlukan.
Disini
peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi
sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi
perbuatan.
3. Membentuk Sikap Positif Terhadap Guru dan Sekolah
Adalah kenyataan
yang tidak biasa dipungkiri bahwa di dalam kelas ada
siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negatif ini
tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang
studi yang dipegang oleh guru tersebut juga tidak disenangi. Acuh tak acuh
selalu ditunjukkan lewat sikap dan
perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran kelas.
Kurang
senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru
yang kurang bervariasi. Gaya belajar guru tak sejalan dengan gaya belajar
siswa. Metode mengajar yang digunakan itu-itu saja. Misalnya, hanya menggunakan
metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak
pernah terlihat menggunakan metode mengajar yang lain. Misalnya, metode
diskusi, resitasi, tanya jawab, problem solving atau cerita.
Ketika
mengajar, guru selalu duduk dengan santainya dikursi, tidak perduli bagaimana
tingkah laku dan perbuatan anak didik, gaya
mengajar seperti itu adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru
kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada
sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana
belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang
bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati
siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu
dekat dengan guru. Apabila guru tidak ada dalam
sehari saja, maka siswa tidak jarang selalu mempertanyakan guru tersebut. Siswa akan merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru dan belajar
dengan semangat.
Guru yang
seperti itu biasanya gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan
psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar
siswa. Disela-sela pengajaran sering diselangi humor dengan pendekatan yang
edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
4. Memberikan Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual
Sebagai
seoarang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung
tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru
tidak hanya satu atau dua metode, tatapi lebih banyak dari itu.
Karena
diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan
guru untuk melakukan pemilihan metode mana yang dipakai dalam rangka menunjang
tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media
merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian
juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan
dari ketiga keterampilan tersebut (Metode, media, pendekatan) memudahkan bagi
guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi, jika sebaliknya, maka
sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.
Fasilitas
merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran, peraga dan sumber belajar.
Jika guru
mampu menghadirkan pengajaran yang bervariasi maka dengan sendirinya akan
memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan
pengajaran yang bervariasi. Atau setidak-tidaknyan siswa secara kreatif
menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia
fasilitas yang memadai.
D. Dimensi-dimensi Variasi Mengajar
Beberapa dimensi yang harus diperhatikan juga dalam
variasi mengajar adalah sebagai berikut:
1. Variasi Suara dan Sikap Guru
Suara guru
memiliki peranan penting dalam melahirkan kualitas variasi mengajar. Karena
itu, intonasi, nada, volume, dan kecepatan suara guru perlu diatur dengan baik.
Umpamannya dalam melukiuskan atau mendramatisasikan suatu peristiwa atau kata,
guru mesti mengetahui kata atau peristiwa yang harus mendapat penekanan.
Penekanan ini penting agar siswa mengetahui hal-hal yang dianggap penting dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam konteks diatas,
beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut:
a. Penekanan
Penekanan
dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kunci dalam materi pelajaran yang
tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspen yang terpenting dari materi
pelajaran yang diterimanya. Umpamanya guru menggunakan kalimat “sekali lagi
bapak/ibu tekankan” atau “coba anda perhatikan dan lain sebagainya.
b. Pemberian Waktu
Setelah guru
menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah kembali
atau mengorganisasikan pertanyaan. Caranya setelah menjelaskan satu sub-bab
materi guru berhenti sejenak sebelum melanjutkan pada sub-bab berikutnya.
Ketika guru berhenti, siswa memiliki kesempatan untuk menelaah atau mungkin
menyusun pertanyaan dari pernyataan-pernyataan guru yang belum jelas.
c. Kontak Pandang
Selama
menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya
memandang keluar, keatas atau kesiswa tertentu saja. Guru hendaklah berbagi
pandangan kepada seluruh siswa. Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa
diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk ngobrol atau
gaduh.
d. Gerakkan Anggota Badan
Selama
menyampaikan materi, seorang guru hendaklah tidak seperti patung ( berdiri
saja) atau tidak seperti orang yang lumpuh (duduk saja). Guru perlu bergerak
secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak didepan kelas. Begitu
juga gerakkan kepala keberbagai arah perlu dilakukan. Gerakkan ini penting agar
merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu.
e. Pindah Posisi
Dengan
bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja, melainkan ia
berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain bermanfaat bagi guru itu
sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton. Perpindahan
posisi guru hendaklah terdapat pada tujuan, umpamanya karena sebelah kanan
kelas terdapat siswa yang ribut, maka dengan perpindahan posisi guru kesebelah
kanan, siswa menjadi tidak ribut.
2. Variasi Media dan Bahan Ajaran
Penggunaan
media belajar akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya atau
terhadapmateri pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media, ada alih
pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan
dengan guru yang hanya berceramah saja, bahkan
melalui media memungkinkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran
akan lebih baik.
Ada tiga
komponen dalam variasi media, yaitu media pandang (visual), media dengar (audio),
dan media taktik. Ketiga media ini harus digunakan secara bervariasi dalam arti
berganti-ganti bahkan mungkin ketiganya digunakan.
3. Variasi Media Pandang
Alat pandang yang dapat digunakan
sebagai media pengajaran diantarnya, buku, majalah, globe, peta, fil, film
strip. TV, radio, recorder,gambar dan sebagainya.
1) Membantu
pemaham konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret.
2) Agar anak
didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.
3) Membantu penumbuhan watak kreatif
dan mandiri siswa.
4) Mengembangkan
cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambunga.
5) Memberikan
pengalaman baru dan unik.
4. Variasi Media Dengar
Guru yang
hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak
didik. Karena itu, diperlukkan media lainnya yang memungkinkan anak lebih
konsentrasi dan merasa ada pengalaman beru terhadap suara itu. Bisa saja guru
merekam suaranya dirumah atau merekam suara lain yang pautu didengarkan dan
punya relevansi dengan materi pelajaran.
5. Variasi Media Taktik
Penggunaan
media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru
memeperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau jawa, setelah itu siswa
disuruh untuk menggambar peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk
mengingat pulau atau nama-nama kota, sungai, pasar, dan lain sebagainya yang
terdapat dalam pulau tersebut.
6. Variasi Interaksi
Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru
ada dua hal yaitu :
a. Siswa
bealajar atau melakukan aktivitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran
secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b. Siswa hanya
mendengarkan secara pasif sedangka guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru. Namun diantara dua jenis tersebut jenis pertama akan lebih baik. Sekalipun
yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang proporsional.
c. Dalam arti,
guru tidak mendomonisasi kelas, dan siswa juga memiliki kebebasan tanpa berarti
tidak ada kendali guru. Maka dalam konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri
ditengah-tengah.
E. Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan
anak didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru. Rasulullah
SAW menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan perkembangan siswa
(sahabatnya), agar mereka tidak merasa jemu dalam belajar, tersirat dalam
sebuah hadist yang artinya “Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata: Nabi SAW
berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar dari kebosanan”.
(HR. Bukhari).
Manfaat variasi gaya mengajar menurut Uzer Usman
adalah:
1.
Untuk
menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang
relevan.
2.
Untuk member
kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin menyelidiki siswa
tentang hal-hal baru.
3.
Untuk memupuk
dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
4.
Guna memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
disenanginya.
Dari beberapa manfaat diatas maka dapat diambil
intinya, yaitu:
1.
Meningkatkan,
menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang
relevan.
2.
Member
kesempatan untuk meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan
berfungsinya motivasi belajar.
3.
Memupuk dan
membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar
yang lebih hidup.
4.
Member pelayanan
yang baik kepada siswa secara individual dalam menerima pelajaran agar mudah
dan senang belajar.
5.
Mendorong
aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman belajar yang menarik diberbagai tingkat kognitif.
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa variasi mengajar merupakan perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang
unik. Variasi mengajar juga merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan
mengajar.
Tujuan variasi mengajar ada 4 yaitu
:
1.
Agar perhatian siswa meningkat
2.
Memotivasi siswa
3.
Menjaga wibawa guru
4.
Mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran
Penggunaan
variasi belajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas yang didasarkan
pada rujukkan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut maka
seorang guru dituntutan kearifan dalam menggunakan variasi mengajar.
Dimensi-dimensi variasi mengajar yang harus diperhatikan ada 3 yaitu yang
pertama: variasi suara dan sikap guru
kedua: variasi media dan bahan ajaran
dan yang ketiga: variasi interaksi.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala kritik dan saran tetap kami
harapkan terutama saran dan kritik dari Dosen pengampu Strategi Belajar
Mengajar yaitu Eneng Martini,M.Pd. Mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi target Tugas
Strategi Belajar Mengajar. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya untuk semua yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Fathurrohman, Sutikno, 2007, Strategi
belajar mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
-
https://beni64.wordpress.com/2008/12/30/keterampilan-mengadakan-variasi-gaya-mengajar/
-
danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/keterampilan-memberikan-variasi-dalam.html
-
www.m-edukasi.web.id/2013/06/variasi-dalam-pembelajaran.html?m=1
-
yuvawel.blogspot.com/2010/01/pengembangan-variasi-mengajar-pada.html
-
nadlifahj.wordpress.com/2013/10/28/terampil-variasi-gaya-mengajar/
0 komentar:
Post a Comment