BAB I PENDAHULUAN
Identitas Buku
1. Judul
Buku : Belajar dan Pembelajaran Interaktif
2. Penulis
: Prof. Dr. Endang Komara, Drs., M.Si.
3. Tahun
Terbit : 2014
4. Penerbit : PT. Refika Aditama
5. Kota
Terbit : Bandung
6. Cetakan
ke : 1
Alasan Pemilihan Buku
Buku
ini saya pilih karena buku ini berisi
tentang model-model pembelajaran dan lebih tepat dipelajari untuk mahasiswa
LPTK karena dituntut untuk memiliki karakter seorang tenaga pendidik yang dapat
bersaing dengan zaman, maka dengan memprdalam buku ini saya kira akan dapat
memahami harus seperti apa seorang tenaga pendidik ketika berada di lapangan.
BAB II
LAPORAN ISI BUKU
Bab I Teori Belajar
A. Konsep Belajar
Belajar
dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang berusaha dan berlatih supaya
mendapat suatu kepribadian. Dimana dalam belajar banyak teori yang dikembangkan
dalam komponennya sepertib teori tentang tujuan pendidikan, organisasi
kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. Menurut para
ahli psikologi dan guru-guru belajar dipandang sebagai kelakuan yang berubah,
pandangan ini memisahkan pengertian tegas antara pengertian proses belajar
dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hapalan.
Menurut
Staqton (1978:9) seharusnya keberhasilan suatu program pengajaran diukur
berdasarkan tingkatan perbedaan cara berfikir, merasa dan berbuat para pelajar
sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang
serupa.
Untuk
menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu harus
menggunakan kemampuan pada ranah-ranah seperti kognitif, afektif, dan
psikomotor.
B. Teori Belajar
Teori-teori
belajar terdiri atas teori belajar
humanistik, behavioristik, teori pembelajaran social dan teori belajar
kognitif. Tujuan utama dari teori belajar humanistik yang dikembangkan oleh
Abraham Maslow dan Carl Rogers dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari
aktualisasi diri manusia automomous. Dalam teori ini belajar adalah proses yang
berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai
seorang fasilitator.
Penerapan
teori humanistik dalam pendekatan
humanistic menurut Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistik yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan,
antara lain sebagai berikut:
1.
Murid akan
belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu diketahui.
2.
Mengetahui
bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak pengetahuan.
3.
Evaluasi diri
adalah satu-satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid
4.
Perasaan adalah
sama penting dengan kenyataan.
5.
Murid akan
belajar lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam.
Pendekatan humanistik dalam
pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri
menikmati keberadaan hidup dan masyarakat.
Menurut teori ini ciri-ciri guru yang
baik adalah yang memiliki rasa humor, adil, menarik, dan lebih demokratis, mampu
berhubungan dengan siswa secara mudah dan wajar. Mampu mengatur ruang kelas
lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya pada perubahan.
Teori belajar behavioristik, menurut
teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Yang terpenting menurut
teori ini adalah input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respon. Dan faktor lain yang dianggap penting adalah faktor penguatan.
Yang termasuk dalam teori ini diantaranya teori Interaksionisme Thorndike,
Conditionong Waltson, Conditioning Gurthrie, Operant Conditioning Skiner,
Systematik Behaviour Clark Hull dan teori belajar kognitif menurut Piaget.
C. Ciri-Ciri dan Prinsip Belajar
Menurut Syamsudin Makmur (2003:159)
perubahan dalam konsep belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural,
material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi (gestlat atau
sekurang-kurangnya multidimensional). Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Hilgard dan Bower (1981) yang mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan merupakan hasil proses
pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses kedewasaan. Edward Thordike
(1933) berpendapat bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri.
Ciri khas belajar adalah perubahan,
yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir,
merasa, dan melakukan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut terjadi
sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat
diamati secara langsung. Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Syaiful Sagala (2003:53-54) sebagai berikut:
1.
Law of Effect, yaitu dimana hubungan antara stimulus dengan
respons terjadi dan diikuti oleh keadaan memuaskan, maka hubungan itu
diperkuat, dan sebaliknya.
2.
Spead of Effect yaitu reaksi emosional yang mengiringi
kepuasan itu tidak terbataskepada sumber utama pemberi kepuasan, tapi kepuasan
mendapat pengetahuan baru.
3.
Law of Exercise, yaitu hubungan antara perangsang dan raksi
diperkuat dengan latihan dan penguasaan , sebaliknya hubungan itu melemahkan
jika dipergunakan, intinya hasil belajar akan lebih sempurna apabila sering
dilatih dan diulangi.
4.
Law of Readines, terjadinya hubungan sistem saraf yang akan
memuaskan, semuanya terjadi apabila seseorang telah siap belajar.
5.
Law of Primacy, hasil belajar yang diperoleh dari kesan
pertama, akan sulit digoyakan.
6.
Law of Intensity yaitu belajar memberi makna yang dalam
apabila diupayakan melalui keinginan yang dinamis.
7.
Law of Regency, yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih
mudah diingat.
8.
Fenomena Kejenuhan, yaitu dimana merupakan suatu penyebab
yang menjadi perhatian signifikan dalam pembelajaran. Dimana kejenuhan belajar
yaitu rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil, karena antara lain keletihan mental dan indera.
9.
Belongingnes adanya keterkaitan yang dipelajari dengan
situasi, sehingga akan mudah dimengerti dan mempermudah perubahan.
E.L. Thorndike memandang bahwa
belajar itu merupakan:
1.
Kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperan penting
dalam keberhasilan belajar.
2.
Perubahan tingkah laku dan dapat diperlemah dengan penggunaan
hukuman dan sebaliknya dapat diperkuat dengan penggunaan hadiah
3.
Dalam beberapa aspek belajar bidang kognitif, dan bidan g
psikomotor terutama dalam belajar keterampilan, peranan trialand error cukup
besar pengaruhnya.
Agar peserta didik dapat berhasil
dalam belajar tentu saja banyak syarat yang harus dilalui seperti kemampuan
bepikir, minat, potensi, penguasaan bahan, penguasaan bahasa, kesetabilan
psikis, kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan menguasai teknik pembelajaran,
semua itu tentu saja harus dimiliki dan dijunjung dengan baik oleh pelajar
apabila ia ingin berhasil. Selain itu pelajar juga harus memiliki kedisiplinan
mental yang baik sebagai landasan utama.
Dalam belajar tentu saja banyak
hambatan yang muncul dan harus dilalui, mulai dari yang intrinsik seperti
kesehatan fisik, kebiasaan buruk, presepsi yang negatif, kelelahan psikologis,
dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada pula faktor hambatan ekstrinsiknya
seperti keadaan lingkungan, sarana dan prasarana, pengaruh teman, keluarga, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Ada presepsi sangat negatif menurut
stine yang akan sangat menghambat dalam proses belajar, seperti pernyataan saya
bodoh, belajar membosankan, saya bukan pelajar yang baik, saya tidak dapat
memahami pelajaran ini, saya tidak mengingat apa yang telah saya pelajari
sebelumnya. Ungkapan inilah mang menurut Stine sangat fatal karena dengan
mengungkapkan hal tersebut otak kita akan merekam dan membuat semuanya menjadi
nyata, maka solusinya gantilah ungkapan-ungkapan tersebut dengan ungkapan yang
bermakna, karena ungkapan bermakna akan membantu otak untuk menggali dan
mengingat kembali hal yang telah dilupakan, dan ungkapan yang baik akan
memberikan dorongan yang baik pula untuk belajar, sehingga belajar memiliki
peluang yang samgat besar untuk berhasil.
Rothwal (1961) mengungkapkan sepuluh
prinsip belajar, yaitu:
1.
Readines atau prinsip kesiapan, dimana dalam prinsip ini
proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan pelajar itu sendiri dan dipengaruhi
oleh kesiapan pengajarnya juga.
2.
Motivation atau prinsip motivasi, menurut prinsip ini seorang
pelajar memerlukan dorongan untuk dapat belajar secara optimal, motivasi dapat
diraih oleh pelajar dari dirinya sendiri ataupun dari luar (internal dan
eksternal)
3.
Prinsip presepsi, presepsi sangat mempengaruhi terhadap
individu, tak hanya pelajar yang harus mempunyai presepsi, guru juga dituntut
untuk memiliki presepsi yang tinggi, yaitu untuk dapat memahami murid-muridnya
lebih baik, karena dengan memiliki presepsi yang tinggi ini guru akan dapat
peka terhadap bagaimana cara ia melihat situasi tertentu.
4.
Prinsip tujuan, segala sesuatu pasti mempunyai tujuan,
begitupula dengan belajar, dalam belajar tujuan harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para para pelajar pada saat proses belajar. Dengan
adanya tujuan yang jelas maka akan mempermudah langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan.
5.
Prinsip perbedaan Individual. Proses pembelajaran dikelas
haruslah memperhatikan perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat memberi
kemudahan pencapaian tujuan belajar, jika pengajaran hanya memperhatikan suatu
tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.
6.
Prinsip transfer dan retensi, dimana pelajar mampu menerapkan
apa yang telah dipelajarinya pada situasi yang lain dan sesuatu yang baru.
7.
Prinsip belajar kognitif, belajar kognitif melibatkan proses
pengenalan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah, dan
keterampilannya memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif, prosesnya dapat terjadi pada berbagai
tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
8.
Prinsif belajar efektif, proses belajar efektif mencakup
nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dengan belajar efektif seseorang akan
dapat menentukan bagaimana ia dapat menghubungkan dirinya dengan pengalaman
baru.
9.
Proses belajar psikomotor, proses ini menentukan individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawijaya. Prosesnya
mengandung aspek mental dan fisik.
10.
Prinsip evaluasi, evaluasi berguna untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian apa yang telah dipelajari, sehingga individu dapat mengetahui
kemudian memperbaiki apa yang kurang maksimal dalam proses belajar.
Bab II Teori Pembelajaran
A. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses
dimana peserta didik mendapatkan sebuah pengetahuan dengan berinteraksi dengan
pendidik dan sumber belajar, supaya proses pembelajarannya dapat berjalan
dengan baik.
B. Teori Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, perhatikan
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai
perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima
dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar. Selain peserta didik membutuhkan
perhatian untuk mengarahkan proses belajarnya, juga membutuhkan motivasi untuk
meningkatkan semangat dalam belajar, motivasi dapat berasal dari internal
maupun eksternal.
Belajar merupakan sesuatu yang
dikerjakan oleh siswa untuk dirinya sendiri, dan hubungan stimulus dan
responnya akan berkaitan erat jika sering dipakai, namun sebaliknya. Belajar
dengan pengalaman langsung siswa tidak akan hanya mengamati, namun akan belajar
secara langsung, dan jika belajar sambil bekerja mereka akan memperoleh
pengalaman pemahama, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang
bermakna untuk kehidupannya di masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli
keterlibatan siswa secara langsung dalam belajar sangatlah penting, seperti
dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan konsep “learning by doing”. Prinsip ini
memiliki asumsi bahwa siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih dengan cara
belajar terlibat secara langsung. Teori psikologi daya merupakan prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan. Dengan menggunakan pengulangan
maka daya-daya yang ada pada driri manusia akan berkembang seperti halnya pisau
yang selalu diasah akan menjadi tajam, begitupun dengan belajar yang
diulang-ulang.
Teori medan (Field Theory) dari Kurt
Lewin mengemukakan bahwa siswa belajar dalam suatu medan. Namun dalam prosesnya
suka ada hambatan menghadapi suatu yang hendak dicapai dalam mempelajari bahan
ajar ini.
Siswa merupakan makhluk individu yang
unik, karena setiap individu terdapat
perbedaan yang khas. Maka dari itu diperlukan pengkondisian yang baik
terhadap siswa. Terdapat beberapa macam pengkondisian, seperti pengkondisian
klasik dan operan.
Pembelajaran sosial merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan mengamati dan mengalami.
Pembentukan prilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang diharapkan, terdapat empat cara pembentukan prilaku yaitu melalui
penegasan positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.
C. Unsur-Unsur Pembelajaran
Komponen pembelajaran terdiri dari
siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat, evaluasi, lingkungan/konteks.
Komponen itu merupakan bagian yang berdiri sendiri, namun dalam prosesnya
saling bergantungan satu sama lain menjadi sebuah sistem untuk mencapai tujuan.
Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan karena jika dipisahkan akan
menimbulkan tersendatnya proses pembelajaran. Teori diddaktik metodik kini
telah bergeser dalam menetapkan komponen siswa dalam PBM, yang pada semula
siswa dipandang sebagai objek pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan.
Guru harus mampu mengembangkan potensi siswa yang bersifat unik, karena itu
guru harus profesional. Tidak semua guru bisa menjadi profesional dikarnakan
tidak semua guru dapat menguasai siswa dan cara menyampaikan pembelajaran.
Menurut Usman (1990:7) guru memiliki
empat peran penting, yaitu sebagai
demonstrator, lectural (pengajar), sebagai pengelola kelas, sebagai mediator
dan fasilitator, dan juga sebagai motivator. Dalam pembelajaran ada yang
dinamakan dengan evaaluasi dimana untuk mengukur sejauh mana siswa dapat
mengetahui apa yang telah diajarkan dan disampaikan, sehingga dapat diketahui
dimana kelebihan dan kelemahan siswa tersebut.
Menurut Oemar Malik ada tujuh
komponen aspek pembelajaran, yaitu :
1.
Tujuan pendidikan pengajaran
2.
Peserta didik atau siswa
3.
Tenaga kependidikan khususnya guru
4.
Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5.
Strategi pembelajaran
6.
Evaluasi pembelajaran.
Bab III Pembelajaran Interaktif
A. Konsep Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau terpusat pada
siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau terpusat pada guru (teacher centered approach).
Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan sebagai metode
pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan, dalam teknik pembelajaran akan menjadi seni dan
juga ilmu.
Dengan demikian model pembelajaran
itu diawali dengan pendekatan pembelajaran, kemudian strategi pembelajaran,
dilanjutkan dengan model pembelajaran, kemudian diakhiri dengan teknik dan
taktik pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran juga dikenal dengan dsain
pembelajaran yang lebih menujuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Menurut konsep diatas seorang guru
dituntut dapatmelaksanakan tugasnya secara profesional, dapat memiliki dan
memahami keterampilan yang memadai dalam mengembangkan model pembelajaran yang
efektif kreatif dan menyenangkan.
B. Model Pembelajaran Interaktif
Merupakan suatu cara untuk
pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran
dimana guru pemeraqn utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif,
yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber
pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Ada beberapa syarat
dari model ini menurut Ahmad Sabri yaitu:
1.
Dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar
siswa
2.
Dapat merangsang
keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut
3.
Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan
tanggapannya terhadap materi yang disampaikan
4.
Dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
5.
Dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6.
Dapat memnanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Peran guru sebagai tutor harus dapat
mengelompokan siswa dan sangat diperlukan untuk mengetahui intelektual siswa
dalam pengelompokan pada saat belajar, agar antara siswa dapat saling membantu.
Peran guru sebagai tutor juga dapat dibantu dengan model-model pembelajaran
supaya kegiatan belajar mengajar terealisasi dengan baik, berikut ini akan
disebutkan berbagai model pembelajaran interaktif, yaitu: Picture and picture,
numbered head-together, students teams-achievement divisions (STAD), jigsaw
(model tim ahli), mencari pasangan, Think pair and share, debat, role playing,
group investigation, talking stick, bertukar pasangan, snowball throwing, student
facilitator and explaning, course review horay, demonstration, explict
instruktion, kooperatif terpadu membaca dan menulis, inside-outside-circle
(lingkaran kecil-lingkaran besar), examples non examples, lesson study,
cooperative script, problem basic introduction, artikulasi, mind mapping,
kepala bernomor, tebak kata, world square, scramble, demonstration, cosept
sentence, complette sentence, dan time token arends 1998.
C. Kelompok Model Pengajaran
Bruce Joyce dkk (2009) mengelompokan
model-model pengajaran kedalam empat kelompok, yang pada anggotanya memiliki
orientasi pada sikap manusia dan bagaimana mereka belajar. Kelompok-kelompok
tersebut yaitu:
Pertama, kelompok model pengajaran
memproses informasi menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah
manusia untuk membentuk makna tentang dunia dengan memperoleh dan mengolah
data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat,
serta mengembangkan konsep dan bahasa untuk mentransfer solusi/data tersebut.
Kedua, kelompok model pembelajaran
sosial, yang membangun komunikasi pembelajaran. Ketika kita bekerja sama, maka
kita akan menghasilkan energi kolektif yang disebut sebagai sinergi. Model ini
dibangun dengan membuat komunitas pembelajajaran
Ketiga, kelompok model pengajaran
personal. Sebenarnya manusia selalu mengembangkan kepribadiannya yang unik dan
melihat b\dunia dan berbagai perspektif yang merupakan hasil dari negosiasi
pada saat ini. Begitupun dengan pemahaman umum yang merupakan hasil dari
negosiasi para individu yang harus hidup, bekerja, dan membentuk kelompok
secara bersamaan.
Keempat, kelompok sistem prilaku,
prinsip yang dimiliki oleh kelompok ini adalah bahwa manusia merupakan
sistem-sistem komunikasi perbaikan diri yang dapat mengubah perilakunya saat
merespons informasi tentang seberapa sukses tugas-tugas yang mereka kerjakan.
Bab IV Peran Pembelajaran CTL dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif
A. Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang menganggap bahwa belajar tidak hanya menghafal
akan tetapi mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki melalui pengalaman, jadi
pengetahuan bukan pemberian dari guru melainkan hasil dari mengontruksi apa
yang dilakukannya. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehiupan.
Dari apa yang dijelaskan diatas maka
CTL dapat dikatakan:
Pertama, CTL menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan kepada pengalaman secara langsung.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata
, jadi CTL menuntut untuk dapat menghubungkan materi yang diajarkan dengan
kehidupan nyata.
Ketiga, CTL tidak mengharapkan siswa
untuk dapat menghapal dan memahami materi, tetapi CTL juga menuntut untuk dapat
menerapkan dalam kehidupan nyata dari apa yang telah diperolehnya itu.
Terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, sebagai berikut:
1.
Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada.
2.
Pembelajaran kentekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
3.
Pemahaman pengetahuan.
4.
Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman.
5.
Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan.
Beberapa hal yang harus dipahami
tentang belajar dalam konteks CTL:
1.
Belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses mengontruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
2.
Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
3.
Belajar merupakan pemecahan masalah.
4.
Belajar merupakan pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari sederhana menjadi yang lebih kompleks.
5.
Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari
kenyataan.
CTL sebagai model pembelajaran
memiliki tujuh asas, yaitu kontruksivisme, inquiry, bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata atau penilaian autentik.
B. Pembelajaran Interaktif
Kegiatan belajar melibatkan beberapa
komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan satu sama lain sehingga
membentuk suatu sistem dan berakhir pada tujuan pembelajaran itu sendiri,
komponen-komponen tersebut yaitu peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, isi
pembelajaran, metode mengajar yang digunakan, media pembelajaran, dan evaluasi.
Pendekatan pembelajaran tidak harus
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, yang harus disesuaikan dengan
materi pembelajaran, berikut macam-macam pendekatan dalam pembelajaran
interaktif
1. Pendekatan konsep
Merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Merupakan pikiran seorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam devinisi sehingga menjadi produk pengetahuan
yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.
2. Pendekatan Proses
Merupakan suatu pendekatan pengajaran
memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan ini dalam
pembelajaran juga dikenal sebagai keterampilan proses, guru menciptakan bentuk
kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai
pengalaman.
3. Pendekatan Deduktif
Adalah proses penalaran yang bermula
dari keadaan umum kedalam keadan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang
bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh khusus
atau penerpan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
4. Berfikir Induktif
Merupakan suatu proses dalam berfikir
yang berlangsung dari khusus ke yang umum. Seperti halnya orang mencari
ciri-ciri atau sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menari
kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis
fenomena.
5. Pendekatan Eksposisi
Pendekatan ini berpandangan bahwa
tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh
guru/pengajar
6. Pendekatan Heuristik
Yaitu
merancang pembelajaran dari berbagai aspek dari pembentukan sistem
instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan
sendiri opini, fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Pendekatan ini
menyajikan pengajaran sejumlah data siswa dimana untuk mebuat kesimpulan
menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode
penemuan data metode inkuiri.
7. Pendekatan Kecerdasan
Dengan pendekatan ini guru harus
mengetahui kecerdasan siswanya agar dapat menolong kesulitan belajarnya. Untuk
melakukannya guru tidak bisa sendiri, guru dapat dibantu oleh konselor ataupon
psikologi untuk melakukan tes kecerdasan siswa.
Dari penjelasan pembelajaran
kontekstual diatas, maka dapat disimpulkan:
1.
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, sehingga akan
dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan apa yang dialaminya.
2.
Tugas guru dalam CTL yaitu memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik dengan menyediakan media. Guru bukan hanya menyampaikan
materi hapalan, namun juga sebagai tutor dan pembimbing.
3.
Pada pembelajaran interaktif, guru harus menyadari bahwa
adanya sifat yang sangat kompleks dalam pembelajaran karna melibatkan aspek
pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Maka dari itu diperlukan
adanya pendekatan kepada siswa.
Bab V Tantangan Pengembangan Kurikulum 2013
A. Pengembangan Kurikulum 2013
Tantangan eksternal untuk
pengembangan kurikulum 2013 antara lain:
1.
Tantangan masa depan seperti globalisasi (WTO, ASEAN
Community, APEC, CAFTA), masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi
informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains, mutu-investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan, materi TIMSS dan PISA.
2.
Persepsi masyarakat seperti terlalu menitik beratkan pada
aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
3.
Perkembangan pengetahuan dan pedagogi.
4.
Kompetensi masa depan seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi
moralsuatu permasalahan, kemampuan mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda, kemampuan hidup dalam bermasyarakat global, memiliki minat luas dan
tanggung jawab.
5.
Fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,
narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan, dalam UN dan gejolak sosial.
Penyempurnaan kurikulum KBK 2004 dan
KTSP 2006 dalam kurikulum 2013 antara lain:
1.
Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan.
2.
Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan
melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.
3.
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap keterampilan dan pengetahuan,
4.
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang akan dicapai.
5.
Semua mata pelajaran di ikat oleh kopetensi inti (tiap
kelas).
Menurut Ibnu Hamad (2013) ada enam
perubahan dalam penerapan kurikulum 2013 yaitu
1.
Penataan sistem pebukuan, dikelola oleh pusat kurikulum dan
pembukuan dan subtansinya diarahkan oleh tim pengarah dan pengembang kurikulum
2.
Penataan LPTK di dalam penyiapan dan pengadaan guru
3.
Penataan terhadap pola pelatihan guru
4.
Memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kulikuler,
kokulikuler, ekstrakulikuler, penguatan peran guru BK.
5.
Terkait memperkuat NKRI seperti melalui kegiatan kepramukaan,
kebangsaan, keagamaan, toleransi dan yang lainnya.
6.
Memperkuat integrasi pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Bahasa indonesia dalam kurikulum 2013
sangat dominan karena sebagai saluran untuk mengantarkan kandungan materi dari
semua sumber kopetensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan
sebagai penghela mata pelajaran yang lain.
Kurikulum 2013 adalah bagian tidak
terpisahkan untuk menata berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui sektor pendidikan. Kurikulum 2013 sesungguhnya bukan progran kurikulum
kementrian, tetapi kurukulum yang menjadi program pemerintah. Inti dari
kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik intergratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi
masa depan. Karena kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan. Obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaanya
menekan pada fenomena alam, sosial, seni dan budaya.
B. Tantangan kurikulum 2013
Identifikasi kesenjangan kurikulum
kondisi saat ini meliputi
1.
Kompetensi lulusan
a.Belum sepenuhnya menekankan
pendidikan karakter
b.Belum menghasilkan keterampilan
sesuai dengan kebutuhan.
c.Pengetahuan-pengetahuan lepas.
2.
Materi pembelajaran
a.Belum relevan dengan kompetensi
yang dibutuhkan.
b.Beban belajar terlalu berat
c.Terlalu luas, kurang mendalam
3.
Proses pembelajaran
a.Berpusat pada guru
b.Sifat pembelajaran yang
berorientasi pada buku teks
c.Buku teks hanya memuat materi
bahasan
4.
Penilaian
a.Menekakan aspek kognitif
b.Tes menjadi cara yang dominan
5.
Pendidikan dan tenaga kependidikan
a.Memenuhi kopetensi kebutuhan saja
b.Fokus pada ukuran kerja PTK
6.
Pengelolaan kurikulum
a.Satuan pendidikan memiliki
kebebasan dalam pengelolaan kurikulum.
b.Masih dapat kecenderungan satuan
pendidikan menyusun kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan
potensi daerah.
c.Pemerintah hanya menyampaikan
sampai standar isi mata pelajaran.
Sedangkan konsep ideal dari
identifikasi kesenjangan kurikulum dilihat dari berbagai aspek dari aspek
kompetensi lulusan meliputi berkarakter mulia, keterampilan yang relevan, dan
pengetahuan-pengetahuan terkait. Materi pembelajaran meliputi relevan dengan
kompetensi yang dibutuhkan, materi esensial, dan sesuai dengan tingkat
perkembanan anak. Proses pembelajarannya meliputi berpusat pada peserta didik,
sifar pembelajaran yang kontekstual, buku teks memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Penilaian
meliputi menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proposional,
dan penilaian test dan fortopolio saling melengkapi. Dari segi tenaga
kependidikan meliputi: memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan
personal, dan motivasi pengajar. Aspek kurikulum meliputi pemerintah pusat dan
daerah memiliki kendali kualitas dalam melaksanakan kurikulum di tingkat satuan
pendidikan, satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah.
Pemerintah menyiapkan komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman.
Ada empat alasan utama pengembangan
kurikulum 2013 yaitu
1.
Tantangan masa depan.
2.
Kompetensi masa depan.
3.
Fenomena negatif yang mengemuka.
4.
Persepsi masyarakat.
Dengan dikembangkannya kurikulum 2013
menghasilkan insan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan pengetahuan yang terintegrasi serta memiliki
sikap spiritual dan sikap sosial.
C. Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013
Proses pembelajaran dengan berbasis
pendekatan ilmiah harus dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah.
Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu pembenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipadu nilai-nilai, prinsip-prinsip,
atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria
sebagai berikut
a.
Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata
b.
Penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi
edukatif guru-peserta didik terbatas dari prasangka yang semerta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.
d.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain
dari subtansi atau materi pembelajaran.
e.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon subtansi atau materi pembelajaran.
f.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat di
pertanggung jawabkan.
g.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan
menarik sistem penyajiannya
Proses pembelajaran harus terhindar
dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi institusi, akal
sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
D. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Dalam langkah-langkah pembelajaran
ini prosesnya harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu melakukan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data
atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan,
dan mencipta. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1. Mengamati
Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata. Kegiatann ini memerlukan
waktu yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang relatif banyak, dan jika
tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
2. Bertanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi
peserta didik untuk mwningkatkan guru dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saatt itu pula
dia membimbing at itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula
dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajaran yang baik
Fungsi dari bertanya bisa untuk
membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan inspirasi, mencari solusi,
menunjukan keterampilan yang dimiliki, berpartisispasi dalam diskusi, membangun
sikap sosial, membiasakan berfikir spontan. Selain fungsi juga kita dapat
melihat kriteria penanya yang baik seperti singkat dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probling atau divergen, bersifat valid atau
penguatan, memeberi kesempatan pesertra didik untuk berpikir ulang, merangsang
peningkatan, tuntutan kemampuan kognitif, dan merngsang proses interaksi.
3. Menalar
Untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif, merupakan proses pemikiran yang ligis dan
sistematis atas fakta empiris yang diobservasikan untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Beberapa hukum penalaran menurut Thondike:
a.
Hukum efek
b.
Sebaliknya
c.
Hukum latihan
d.
Hukum kesiapan
e.
Prinsip-prinsip dasar.
Kaidah dasar yang digunakan dalam
teori S-R adalah:
a.
Kesiapan (readiness)
b.
Latihan (exercise)
c.
Pengaruh (effect)
d.
Kaidah atau prinsip pengaruh dalam pembelajaran berkaitan
dengan kemampuan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan,
hukuman, dan ganjaran.
e.
Teori asosiasi menambah teori belajar sosial.
Ada beberapa cara untuk aplikasi
pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta
didik yaitu:
a.
Guru menyusun bahan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
kurikulum
b.
Guru sebagai instruktur atau tutor
c.
Bahan pembelajaran disusun dari yang sederhana pada yang
lebih kompleks
d.
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati.
e.
Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f.
Perlunya dilakukan refleksi atau pengulangan
g.
Menggunakan sistem penilaian otentik
h.
Adanya remidial
4. Analogi dalam Pembelajaran
Analogi merupakan suatu proses
penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat essensial yang
mempunyai kesamaan atau persamaan. Analogi terdiri dari analogi induktif dan
deklaratiftif.
Analogi induktif disusun berdasarkan
persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala.sedangkan analogi deklaratif
merupakan suatu metode menalar untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang
sudah dikenal.
5. Mencoba
Percobaan dilakukan supaya peserta
didik memperoleh hasil yang nyata atau otentik, aplikasi ini dapat mengembangkan
berbagai ranak tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kegiatan dengan metode eksperimen dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
E. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan
suatu filsafar personal, lebih sekedar teknik pembelajaran di kelas-kelas
sekolah. Kolaborasi essensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup
manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang
dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru lebih
bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus
lebih aktif. Dalam pembelajaran kolaboratif ada empat sifat, yaitu:
1. Peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, setrategi dan
konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi soal budaya
dengan situsi pembelajaran.
2. Berbagi tugas dan kewenangan pada guru dan peserta
didik dalam hal-hal tertentu supaya peserta didik membina pengalaman mereka
sendiri, berbagi setrategi dan informasi, menghormati antar seksama, mendorong
timbulnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif, dan kritis serta
memupuk dan menggalakan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
3. Macam-macam pembelajaran kolaboratif meliputi: jigsaw,
STAD, CI (complek instruction), TAI (Team Accelerated Instruktion), CLS
(Cooverative Learning Structures), LT (Learning Together), TGT (Team Games
Tornament), GI (Group Investigation), AC (Academic Construktive Controversi),
dan CIRC (Cooverative Integrated Reading and Composition).
F. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian
tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis,
psikologis, didaktis, dan ekologis) yang mewadahi menginspirasi menguatkan dan
melatari metode pembelajaran tertentu. Dalam kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan ilmiah (observing, questioning, associating, experimenting, dan
networking). Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain: model
pembelajaran penemuan, bebasis projek, dan model pembelajaran berbasis masalah.
BAB III
ANALISIS
A. Perbandingan
Dalam
penulisan laporan buku
ini, saya mencoba membandingkan dengan lima buku dengan judul yang berbeda
tetapi masih berkaitan dengan kurikulum dan pembelajaran. Meskipun terdapat
beberapa perbedaan tetapi jika ditinjau dari segi pembahasan kurikulum dan pembelajarannya pada
intinya hampir sama, berikut saya uraikan perbandingan buku yang telah saya
analisis.
1. Buku
Evaluasi pendidikan yang ditulis Drs. H. Daryanto, menyajikan pembahasan
tentang evaluasi pendidikan yang telah disesuaikan dengan silabus kurikulum
nasional, yakni konsep dasar evaluasi pendidikan, klasifikasi tujuan
instruksional, teknik evaluasi, pengukuran ranah kognitif, efektif, dan
psikomotor dalam pendidikan agama Islam, prosedur pelaksanaan evaluasi,
analisis butir-butir instrumen evaluasi, dan interpretasi nilai evaluasi.
2.
Buku Belajar dan
Pembelajaran yang ditulis Dr. Dimyati dan Drs Mudjiono, membahas mengenai
proses belajara mengajar. Beberapa diantaranya dalam buku ini terdapat motivasi
belajar, masalah-masalah dalam pemelajaran dimana guru sebagai pembelajar
memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan memecahkan
masalah-masalah belajar siswa, konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran,
pembelajaran dan pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.
3. Buku
yang ditulis Prof .Dr. Made Pidarta dengan judul Perencanaan Pendidikan
Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem, membahas mengenai konsep dasar dalam
perencanaan, didalamnya membahas mengenai pendidikan dan pembelajaran yang baik
agar mencapai tujuan yang ditentukan.Kemudian membahas mengenai prosedur
perencanaan yang harus diperhatikan agar
prencanaan tersebut mempunyai strategi dan system yang baik dalam pengelolaan
pendidikan.
4. Buku
Kurikulum dan pembelajaran yang ditulis oleh Dr. Oemar Hamalik, membahas
tentang pengertian pendidikan hakikat belajar,
membahas tentangkurikulum dan motivasi belajar. Dalam pendekatan
pembelajaran, buku ini membahas mengenai perkembangan konsep pembelajaran,
model pembelajaran berdasarkan teori-teori pembelajaran kemudian membahas pula
mengenai
strategi
belajar mengajar yang efektiv yang nantinya dapat digunakan saat proses belajar
mengajar dilakukan.
5. R.Ibrahim
dan Nana Syaodih S penulis dalam buku Perencanaan Pengajaran membahas mengenai
: Bagaimana merumuskan tujuan yang akan dicapai, cara apa yang akan digunakan
untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, dan materi/ alat apa yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan pengajaran. Serta membahas mengenai beberapa bentuk
format perencanaan pengajaran yang semuanya terarah kepada satu tujuan, yaitu
agar terlaksana proses belajar- mengajar yang efesien dan efektif serta relevan
dengan misi dan tujuan instruksional yang di susun dalam kurikulum.
B. Komentar
Untuk mahasiswa LPTK, buku “Belajar dan Pembelajaran Interaktif”
yang ditulis oleh Prof. Dr. Endang
Komara, Drs., M.Si. memberikan petunjuk dan pengetahuan
mengenai bagaimana cara belajar
mengajar dengan menggunakan pemilihan metode yang tepat supaya mendapatkan
output yang optimal, mengetahui pencapaian tujuan
pendidikan dalam kurikulum, sehingga para pendidik akan tahu langkah apa yang
harus dilakukan supaya tujuan pendidikan tercapai. Dari segi pembahasaan mudah
dipahami dan banyak contoh yang diunggah dalam buku sehingga memberikan
pemahaman yang mendalam bagi pembaca.
Namun ada beberapa materi yang telah dijelaskan kemudian dibahas kembali, dan
dalam buku ini ada beberapa penulisan kata yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Komara,
Endang.Belajar dan Pembelajaran
Interaktif, Bandung: Refika Aditama, 2014
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Syaodih, R. I. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Dimyati. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Pidarta, M. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan
Pendekatan System. Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
0 komentar:
Post a Comment