Ini Merupakan blog pribadi saya, sebagai arsip pribadi yang bisa disaksikan untuk umun dan semoga bermanfaat, Berisi Ilmu Pendidikan, Info Unik, Terbaru, Cerita Seru, Tugas Kuliah, dan Masih banyak lagi.

Thursday 29 January 2015

Pembelajaran Interaktif



BAB I PENDAHULUAN

Identitas Buku

1.    Judul Buku             : Belajar dan Pembelajaran Interaktif
2.    Penulis                    : Prof. Dr. Endang Komara, Drs., M.Si.
3.    Tahun Terbit           : 2014
4.    Penerbit                  : PT. Refika Aditama
5.    Kota Terbit             : Bandung
6.    Cetakan ke             : 1

Alasan Pemilihan Buku

Buku ini saya pilih karena buku ini berisi tentang model-model pembelajaran dan lebih tepat dipelajari untuk mahasiswa LPTK karena dituntut untuk memiliki karakter seorang tenaga pendidik yang dapat bersaing dengan zaman, maka dengan memprdalam buku ini saya kira akan dapat memahami harus seperti apa seorang tenaga pendidik ketika berada di lapangan.












BAB II

LAPORAN ISI BUKU

Bab  I Teori Belajar

A.    Konsep Belajar

Belajar dapat dipahami sebagai suatu aktivitas yang berusaha dan berlatih supaya mendapat suatu kepribadian. Dimana dalam belajar banyak teori yang dikembangkan dalam komponennya sepertib teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. Menurut para ahli psikologi dan guru-guru belajar dipandang sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian tegas antara pengertian proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hapalan.
Menurut Staqton (1978:9) seharusnya keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan cara berfikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa.
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu harus menggunakan kemampuan pada ranah-ranah seperti kognitif, afektif, dan psikomotor.

B.     Teori Belajar

Teori-teori belajar terdiri atas  teori belajar humanistik, behavioristik, teori pembelajaran social dan teori belajar kognitif. Tujuan utama dari teori belajar humanistik yang dikembangkan oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam teori ini belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Penerapan teori humanistik  dalam pendekatan humanistic menurut Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistik yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1.      Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu diketahui.
2.      Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak pengetahuan.
3.      Evaluasi diri adalah satu-satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid
4.      Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan.
5.      Murid akan belajar lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam.
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri menikmati keberadaan hidup dan masyarakat.
Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor, adil, menarik, dan lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa secara mudah dan wajar. Mampu mengatur ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya pada perubahan.
Teori belajar behavioristik, menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Yang terpenting menurut teori ini adalah input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Dan faktor lain yang dianggap penting adalah faktor penguatan. Yang termasuk dalam teori ini diantaranya teori Interaksionisme Thorndike, Conditionong Waltson, Conditioning Gurthrie, Operant Conditioning Skiner, Systematik Behaviour Clark Hull dan teori belajar kognitif menurut Piaget.

C.    Ciri-Ciri dan Prinsip Belajar

Menurut Syamsudin Makmur (2003:159) perubahan dalam konsep belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi (gestlat atau sekurang-kurangnya multidimensional). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hilgard dan Bower (1981) yang mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan merupakan hasil proses pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses kedewasaan. Edward Thordike (1933) berpendapat bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung. Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2003:53-54) sebagai berikut:
1.      Law of Effect, yaitu dimana hubungan antara stimulus dengan respons terjadi dan diikuti oleh keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat, dan sebaliknya.
2.      Spead of Effect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbataskepada sumber utama pemberi kepuasan, tapi kepuasan mendapat pengetahuan baru.
3.      Law of Exercise, yaitu hubungan antara perangsang dan raksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan , sebaliknya hubungan itu melemahkan jika dipergunakan, intinya hasil belajar akan lebih sempurna apabila sering dilatih dan diulangi.
4.      Law of Readines, terjadinya hubungan sistem saraf yang akan memuaskan, semuanya terjadi apabila seseorang telah siap belajar.
5.      Law of Primacy, hasil belajar yang diperoleh dari kesan pertama, akan sulit digoyakan.
6.      Law of Intensity yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui keinginan yang dinamis.
7.      Law of Regency, yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah diingat.
8.      Fenomena Kejenuhan, yaitu dimana merupakan suatu penyebab yang menjadi perhatian signifikan dalam pembelajaran. Dimana kejenuhan belajar yaitu rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil, karena antara lain keletihan mental dan indera.
9.      Belongingnes adanya keterkaitan yang dipelajari dengan situasi, sehingga akan mudah dimengerti dan mempermudah perubahan.
E.L. Thorndike memandang bahwa belajar itu merupakan:
1.      Kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperan penting dalam keberhasilan belajar.
2.      Perubahan tingkah laku dan dapat diperlemah dengan penggunaan hukuman dan sebaliknya dapat diperkuat dengan penggunaan hadiah
3.      Dalam beberapa aspek belajar bidang kognitif, dan bidan g psikomotor terutama dalam belajar keterampilan, peranan trialand error cukup besar pengaruhnya.
Agar peserta didik dapat berhasil dalam belajar tentu saja banyak syarat yang harus dilalui seperti kemampuan bepikir, minat, potensi, penguasaan bahan, penguasaan bahasa, kesetabilan psikis, kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan menguasai teknik pembelajaran, semua itu tentu saja harus dimiliki dan dijunjung dengan baik oleh pelajar apabila ia ingin berhasil. Selain itu pelajar juga harus memiliki kedisiplinan mental yang baik sebagai landasan utama.
Dalam belajar tentu saja banyak hambatan yang muncul dan harus dilalui, mulai dari yang intrinsik seperti kesehatan fisik, kebiasaan buruk, presepsi yang negatif, kelelahan psikologis, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada pula faktor hambatan ekstrinsiknya seperti keadaan lingkungan, sarana dan prasarana, pengaruh teman, keluarga, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada presepsi sangat negatif menurut stine yang akan sangat menghambat dalam proses belajar, seperti pernyataan saya bodoh, belajar membosankan, saya bukan pelajar yang baik, saya tidak dapat memahami pelajaran ini, saya tidak mengingat apa yang telah saya pelajari sebelumnya. Ungkapan inilah mang menurut Stine sangat fatal karena dengan mengungkapkan hal tersebut otak kita akan merekam dan membuat semuanya menjadi nyata, maka solusinya gantilah ungkapan-ungkapan tersebut dengan ungkapan yang bermakna, karena ungkapan bermakna akan membantu otak untuk menggali dan mengingat kembali hal yang telah dilupakan, dan ungkapan yang baik akan memberikan dorongan yang baik pula untuk belajar, sehingga belajar memiliki peluang yang samgat besar untuk berhasil.
Rothwal (1961) mengungkapkan sepuluh prinsip belajar, yaitu:
1.      Readines atau prinsip kesiapan, dimana dalam prinsip ini proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan pelajar itu sendiri dan dipengaruhi oleh kesiapan pengajarnya juga.
2.      Motivation atau prinsip motivasi, menurut prinsip ini seorang pelajar memerlukan dorongan untuk dapat belajar secara optimal, motivasi dapat diraih oleh pelajar dari dirinya sendiri ataupun dari luar (internal dan eksternal)
3.      Prinsip presepsi, presepsi sangat mempengaruhi terhadap individu, tak hanya pelajar yang harus mempunyai presepsi, guru juga dituntut untuk memiliki presepsi yang tinggi, yaitu untuk dapat memahami murid-muridnya lebih baik, karena dengan memiliki presepsi yang tinggi ini guru akan dapat peka terhadap bagaimana cara ia melihat situasi tertentu.
4.      Prinsip tujuan, segala sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitupula dengan belajar, dalam belajar tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para para pelajar pada saat proses belajar. Dengan adanya tujuan yang jelas maka akan mempermudah langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan.
5.      Prinsip perbedaan Individual. Proses pembelajaran dikelas haruslah memperhatikan perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar, jika pengajaran hanya memperhatikan suatu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.
6.      Prinsip transfer dan retensi, dimana pelajar mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya pada situasi yang lain dan sesuatu yang baru.
7.      Prinsip belajar kognitif, belajar kognitif melibatkan proses pengenalan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilannya memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif, prosesnya dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
8.      Prinsif belajar efektif, proses belajar efektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dengan belajar efektif seseorang akan dapat menentukan bagaimana ia dapat menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
9.      Proses belajar psikomotor, proses ini menentukan individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawijaya. Prosesnya mengandung aspek mental dan fisik.
10.  Prinsip evaluasi, evaluasi berguna untuk mengetahui sejauh mana pencapaian apa yang telah dipelajari, sehingga individu dapat mengetahui kemudian memperbaiki apa yang kurang maksimal dalam proses belajar.











Bab II Teori Pembelajaran

A.    Konsep Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana peserta didik mendapatkan sebuah pengetahuan dengan berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar, supaya proses pembelajarannya dapat berjalan dengan baik.

B.     Teori Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, perhatikan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari luar. Selain peserta didik membutuhkan perhatian untuk mengarahkan proses belajarnya, juga membutuhkan motivasi untuk meningkatkan semangat dalam belajar, motivasi dapat berasal dari internal maupun eksternal.
Belajar merupakan sesuatu yang dikerjakan oleh siswa untuk dirinya sendiri, dan hubungan stimulus dan responnya akan berkaitan erat jika sering dipakai, namun sebaliknya. Belajar dengan pengalaman langsung siswa tidak akan hanya mengamati, namun akan belajar secara langsung, dan jika belajar sambil bekerja mereka akan memperoleh pengalaman pemahama, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk kehidupannya di masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli keterlibatan siswa secara langsung dalam belajar sangatlah penting, seperti dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan konsep “learning by doing”. Prinsip ini memiliki asumsi bahwa siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih dengan cara belajar terlibat secara langsung. Teori psikologi daya merupakan prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan. Dengan menggunakan pengulangan maka daya-daya yang ada pada driri manusia akan berkembang seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, begitupun dengan belajar yang diulang-ulang.
Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa belajar dalam suatu medan. Namun dalam prosesnya suka ada hambatan menghadapi suatu yang hendak dicapai dalam mempelajari bahan ajar ini.
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, karena setiap individu terdapat  perbedaan yang khas. Maka dari itu diperlukan pengkondisian yang baik terhadap siswa. Terdapat beberapa macam pengkondisian, seperti pengkondisian klasik dan operan.
Pembelajaran sosial merupakan pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan mengamati dan mengalami. Pembentukan prilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah yang diharapkan, terdapat empat cara pembentukan prilaku yaitu melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.

C.    Unsur-Unsur Pembelajaran

Komponen pembelajaran terdiri dari siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat, evaluasi, lingkungan/konteks. Komponen itu merupakan bagian yang berdiri sendiri, namun dalam prosesnya saling bergantungan satu sama lain menjadi sebuah sistem untuk mencapai tujuan. Semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan karena jika dipisahkan akan menimbulkan tersendatnya proses pembelajaran. Teori diddaktik metodik kini telah bergeser dalam menetapkan komponen siswa dalam PBM, yang pada semula siswa dipandang sebagai objek pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan. Guru harus mampu mengembangkan potensi siswa yang bersifat unik, karena itu guru harus profesional. Tidak semua guru bisa menjadi profesional dikarnakan tidak semua guru dapat menguasai siswa dan cara menyampaikan pembelajaran.
Menurut Usman (1990:7) guru memiliki empat  peran penting, yaitu sebagai demonstrator, lectural (pengajar), sebagai pengelola kelas, sebagai mediator dan fasilitator, dan juga sebagai motivator. Dalam pembelajaran ada yang dinamakan dengan evaaluasi dimana untuk mengukur sejauh mana siswa dapat mengetahui apa yang telah diajarkan dan disampaikan, sehingga dapat diketahui dimana kelebihan dan kelemahan siswa tersebut.
Menurut Oemar Malik ada tujuh komponen aspek pembelajaran, yaitu :
1.      Tujuan pendidikan pengajaran
2.      Peserta didik atau siswa
3.      Tenaga kependidikan khususnya guru
4.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5.      Strategi pembelajaran
6.      Evaluasi pembelajaran.

Bab III  Pembelajaran Interaktif

A.    Konsep Pembelajaran Interaktif

Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau terpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau terpusat pada guru (teacher centered approach).
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan sebagai metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan, dalam teknik pembelajaran akan menjadi seni dan juga ilmu.
Dengan demikian model pembelajaran itu diawali dengan pendekatan pembelajaran, kemudian strategi pembelajaran, dilanjutkan dengan model pembelajaran, kemudian diakhiri dengan teknik dan taktik pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran juga dikenal dengan dsain pembelajaran yang lebih menujuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Menurut konsep diatas seorang guru dituntut dapatmelaksanakan tugasnya secara profesional, dapat memiliki dan memahami keterampilan yang memadai dalam mengembangkan model pembelajaran yang efektif kreatif dan menyenangkan.

B.     Model Pembelajaran Interaktif

Merupakan suatu cara untuk pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeraqn utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Ada beberapa syarat dari model ini menurut Ahmad Sabri yaitu:
1.      Dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa
2.        Dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut
3.      Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan
4.      Dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
5.      Dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
6.      Dapat memnanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Peran guru sebagai tutor harus dapat mengelompokan siswa dan sangat diperlukan untuk mengetahui intelektual siswa dalam pengelompokan pada saat belajar, agar antara siswa dapat saling membantu. Peran guru sebagai tutor juga dapat dibantu dengan model-model pembelajaran supaya kegiatan belajar mengajar terealisasi dengan baik, berikut ini akan disebutkan berbagai model pembelajaran interaktif, yaitu: Picture and picture, numbered head-together, students teams-achievement divisions (STAD), jigsaw (model tim ahli), mencari pasangan, Think pair and share, debat, role playing, group investigation, talking stick, bertukar pasangan, snowball throwing, student facilitator and explaning, course review horay, demonstration, explict instruktion, kooperatif terpadu membaca dan menulis, inside-outside-circle (lingkaran kecil-lingkaran besar), examples non examples, lesson study, cooperative script, problem basic introduction, artikulasi, mind mapping, kepala bernomor, tebak kata, world square, scramble, demonstration, cosept sentence, complette sentence, dan time token arends 1998.

C.    Kelompok Model Pengajaran

Bruce Joyce dkk (2009) mengelompokan model-model pengajaran kedalam empat kelompok, yang pada anggotanya memiliki orientasi pada sikap manusia dan bagaimana mereka belajar. Kelompok-kelompok tersebut yaitu:
Pertama, kelompok model pengajaran memproses informasi menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta mengembangkan konsep dan bahasa untuk mentransfer solusi/data tersebut.
Kedua, kelompok model pembelajaran sosial, yang membangun komunikasi pembelajaran. Ketika kita bekerja sama, maka kita akan menghasilkan energi kolektif yang disebut sebagai sinergi. Model ini dibangun dengan membuat komunitas pembelajajaran
Ketiga, kelompok model pengajaran personal. Sebenarnya manusia selalu mengembangkan kepribadiannya yang unik dan melihat b\dunia dan berbagai perspektif yang merupakan hasil dari negosiasi pada saat ini. Begitupun dengan pemahaman umum yang merupakan hasil dari negosiasi para individu yang harus hidup, bekerja, dan membentuk kelompok secara bersamaan.
Keempat, kelompok sistem prilaku, prinsip yang dimiliki oleh kelompok ini adalah bahwa manusia merupakan sistem-sistem komunikasi perbaikan diri yang dapat mengubah perilakunya saat merespons informasi tentang seberapa sukses tugas-tugas yang mereka kerjakan.

Bab IV Peran Pembelajaran CTL dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif

A.    Pembelajaran Kontekstual

Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang menganggap bahwa belajar tidak hanya menghafal akan tetapi mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki melalui pengalaman, jadi pengetahuan bukan pemberian dari guru melainkan hasil dari mengontruksi apa yang dilakukannya. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehiupan.
Dari apa yang dijelaskan diatas maka CTL dapat dikatakan:
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan kepada pengalaman secara langsung.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata , jadi CTL menuntut untuk dapat menghubungkan materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL tidak mengharapkan siswa untuk dapat menghapal dan memahami materi, tetapi CTL juga menuntut untuk dapat menerapkan dalam kehidupan nyata dari apa yang telah diperolehnya itu.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, sebagai berikut:
1.      Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
2.      Pembelajaran kentekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.
3.      Pemahaman pengetahuan.
4.      Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman.
5.      Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL:
1.      Belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses mengontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
2.      Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
3.      Belajar merupakan pemecahan masalah.
4.      Belajar merupakan pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menjadi yang lebih kompleks.
5.      Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
CTL sebagai model pembelajaran memiliki tujuh asas, yaitu kontruksivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata atau penilaian autentik.

B.     Pembelajaran Interaktif

Kegiatan belajar melibatkan beberapa komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan satu sama lain sehingga membentuk suatu sistem dan berakhir pada tujuan pembelajaran itu sendiri, komponen-komponen tersebut yaitu peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar yang digunakan, media pembelajaran, dan evaluasi.
Pendekatan pembelajaran tidak harus tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, yang harus disesuaikan dengan materi pembelajaran, berikut macam-macam pendekatan dalam pembelajaran interaktif

1.      Pendekatan konsep

Merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Merupakan pikiran seorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam devinisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.

2.      Pendekatan Proses

Merupakan suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan ini dalam pembelajaran juga dikenal sebagai keterampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman.

3.      Pendekatan Deduktif

Adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kedalam keadan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh khusus atau penerpan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.

4.      Berfikir Induktif

Merupakan suatu proses dalam berfikir yang berlangsung dari khusus ke yang umum. Seperti halnya orang mencari ciri-ciri atau sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menari kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena.

5.      Pendekatan Eksposisi

Pendekatan ini berpandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar

6.      Pendekatan Heuristik

Yaitu merancang pembelajaran dari berbagai aspek dari pembentukan sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri opini, fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Pendekatan ini menyajikan pengajaran sejumlah data siswa dimana untuk mebuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan data metode inkuiri.

7.      Pendekatan Kecerdasan

Dengan pendekatan ini guru harus mengetahui kecerdasan siswanya agar dapat menolong kesulitan belajarnya. Untuk melakukannya guru tidak bisa sendiri, guru dapat dibantu oleh konselor ataupon psikologi untuk melakukan tes kecerdasan siswa.
Dari penjelasan pembelajaran kontekstual diatas, maka dapat disimpulkan:
1.      CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, sehingga akan dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan apa yang dialaminya.
2.      Tugas guru dalam CTL yaitu memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan media. Guru bukan hanya menyampaikan materi hapalan, namun juga sebagai tutor dan pembimbing.
3.      Pada pembelajaran interaktif, guru harus menyadari bahwa adanya sifat yang sangat kompleks dalam pembelajaran karna melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Maka dari itu diperlukan adanya pendekatan kepada siswa.

Bab V Tantangan Pengembangan Kurikulum 2013

A.    Pengembangan Kurikulum 2013

Tantangan eksternal untuk pengembangan kurikulum 2013 antara lain:
1.      Tantangan masa depan seperti globalisasi (WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA), masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu-investasi dan transformasi pada sektor pendidikan, materi TIMSS dan PISA.
2.      Persepsi masyarakat seperti terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
3.      Perkembangan pengetahuan dan pedagogi.
4.      Kompetensi masa depan seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moralsuatu permasalahan, kemampuan mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam bermasyarakat global, memiliki minat luas dan tanggung jawab.
5.      Fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan, dalam UN dan gejolak sosial.
Penyempurnaan kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 dalam kurikulum 2013 antara lain:
1.      Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan.
2.      Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.
3.      Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap keterampilan dan pengetahuan,
4.      Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang akan dicapai.
5.      Semua mata pelajaran di ikat oleh kopetensi inti (tiap kelas).
Menurut Ibnu Hamad (2013) ada enam perubahan dalam penerapan kurikulum 2013 yaitu
1.      Penataan sistem pebukuan, dikelola oleh pusat kurikulum dan pembukuan dan subtansinya diarahkan oleh tim pengarah dan pengembang kurikulum
2.      Penataan LPTK di dalam penyiapan dan pengadaan guru
3.      Penataan terhadap pola pelatihan guru
4.      Memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kulikuler, kokulikuler, ekstrakulikuler, penguatan peran guru BK.
5.      Terkait memperkuat NKRI seperti melalui kegiatan kepramukaan, kebangsaan, keagamaan, toleransi dan yang lainnya.
6.      Memperkuat integrasi pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Bahasa indonesia dalam kurikulum 2013 sangat dominan karena sebagai saluran untuk mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kopetensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran yang lain.
Kurikulum 2013 adalah bagian tidak terpisahkan untuk menata berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara melalui sektor pendidikan. Kurikulum 2013 sesungguhnya bukan progran kurikulum kementrian, tetapi kurukulum yang menjadi program pemerintah. Inti dari kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik intergratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan. Karena kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaanya menekan pada fenomena alam, sosial, seni dan budaya.

B.     Tantangan kurikulum 2013

Identifikasi kesenjangan kurikulum kondisi saat ini meliputi
1.      Kompetensi lulusan
a.Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter
b.Belum menghasilkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan.
c.Pengetahuan-pengetahuan lepas.
2.      Materi pembelajaran
a.Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan.
b.Beban belajar terlalu berat
c.Terlalu luas, kurang mendalam
3.      Proses pembelajaran
a.Berpusat pada guru
b.Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks
c.Buku teks hanya memuat materi bahasan
4.      Penilaian
a.Menekakan aspek kognitif
b.Tes menjadi cara yang dominan
5.      Pendidikan dan tenaga kependidikan
a.Memenuhi kopetensi kebutuhan saja
b.Fokus pada ukuran kerja PTK
6.      Pengelolaan kurikulum
a.Satuan pendidikan memiliki kebebasan dalam pengelolaan kurikulum.
b.Masih dapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum  tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
c.Pemerintah hanya menyampaikan sampai standar isi mata pelajaran.
Sedangkan konsep ideal dari identifikasi kesenjangan kurikulum dilihat dari berbagai aspek dari aspek kompetensi lulusan meliputi berkarakter mulia, keterampilan yang relevan, dan pengetahuan-pengetahuan terkait. Materi pembelajaran meliputi relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, materi esensial, dan sesuai dengan tingkat perkembanan anak. Proses pembelajarannya meliputi berpusat pada peserta didik, sifar pembelajaran yang kontekstual, buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Penilaian meliputi menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proposional, dan penilaian test dan fortopolio saling melengkapi. Dari segi tenaga kependidikan meliputi: memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal, dan motivasi pengajar. Aspek kurikulum meliputi pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam melaksanakan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. Pemerintah menyiapkan komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman.
Ada empat alasan utama pengembangan kurikulum 2013 yaitu
1.      Tantangan masa depan.
2.      Kompetensi masa depan.
3.      Fenomena negatif yang mengemuka.
4.      Persepsi masyarakat.
Dengan dikembangkannya kurikulum 2013 menghasilkan insan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan pengetahuan yang terintegrasi serta memiliki sikap spiritual dan sikap sosial.

C.    Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu pembenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipadu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut
a.       Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata
b.      Penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbatas dari prasangka yang semerta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.       Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran.
d.      Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari subtansi atau materi pembelajaran.
e.       Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon subtansi atau materi pembelajaran.
f.       Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat di pertanggung jawabkan.
g.      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan menarik sistem penyajiannya
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi institusi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.

D.    Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Dalam langkah-langkah pembelajaran ini prosesnya harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu melakukan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1.      Mengamati

Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata. Kegiatann ini memerlukan waktu yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

2.      Bertanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk mwningkatkan guru dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saatt itu pula dia membimbing at itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajaran yang baik
Fungsi dari bertanya bisa untuk membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan inspirasi, mencari solusi, menunjukan keterampilan yang dimiliki, berpartisispasi dalam diskusi, membangun sikap sosial, membiasakan berfikir spontan. Selain fungsi juga kita dapat melihat kriteria penanya yang baik seperti singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probling atau divergen, bersifat valid atau penguatan, memeberi kesempatan pesertra didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan, tuntutan kemampuan kognitif, dan merngsang proses interaksi.

3.      Menalar

Untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif, merupakan proses pemikiran yang ligis dan sistematis atas fakta empiris yang diobservasikan untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Beberapa hukum penalaran menurut Thondike:
a.       Hukum efek
b.      Sebaliknya
c.       Hukum latihan
d.      Hukum kesiapan
e.       Prinsip-prinsip dasar.
Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah:
a.       Kesiapan (readiness)
b.      Latihan (exercise)
c.       Pengaruh (effect)
d.      Kaidah atau prinsip pengaruh dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran.
e.       Teori asosiasi menambah teori belajar sosial.
Ada beberapa cara untuk aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik yaitu:
a.       Guru menyusun bahan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum
b.      Guru sebagai instruktur atau tutor
c.       Bahan pembelajaran disusun dari yang sederhana pada yang lebih kompleks
d.      Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
e.       Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f.       Perlunya dilakukan refleksi atau pengulangan
g.      Menggunakan sistem penilaian otentik
h.      Adanya remidial

4.      Analogi dalam Pembelajaran

Analogi merupakan suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat essensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan. Analogi terdiri dari analogi induktif dan deklaratiftif.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala.sedangkan analogi deklaratif merupakan suatu metode menalar untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.

5.      Mencoba

Percobaan dilakukan supaya peserta didik memperoleh hasil yang nyata atau otentik, aplikasi ini dapat mengembangkan berbagai ranak tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kegiatan dengan metode eksperimen dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

E.     Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafar personal, lebih sekedar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi essensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Dalam pembelajaran kolaboratif ada empat sifat, yaitu:
1.      Peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, setrategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi soal budaya dengan situsi pembelajaran.
2.      Berbagi tugas dan kewenangan pada guru dan peserta didik dalam hal-hal tertentu supaya peserta didik membina pengalaman mereka sendiri, berbagi setrategi dan informasi, menghormati antar seksama, mendorong timbulnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif, dan kritis serta memupuk dan menggalakan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
3.      Macam-macam pembelajaran kolaboratif meliputi: jigsaw, STAD, CI (complek instruction), TAI (Team Accelerated Instruktion), CLS (Cooverative Learning Structures), LT (Learning Together), TGT (Team Games Tornament), GI (Group Investigation), AC (Academic Construktive Controversi), dan CIRC (Cooverative Integrated Reading and Composition).

F.     Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Pendekatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis, dan ekologis) yang mewadahi menginspirasi menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu. Dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah (observing, questioning, associating, experimenting, dan networking). Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain: model pembelajaran penemuan, bebasis projek, dan model pembelajaran berbasis masalah.

 




 


BAB III

ANALISIS

A.  Perbandingan

Dalam penulisan laporan buku ini, saya mencoba membandingkan dengan lima buku dengan judul yang berbeda tetapi masih berkaitan dengan kurikulum dan pembelajaran. Meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi jika ditinjau dari segi pembahasan kurikulum dan pembelajarannya pada intinya hampir sama, berikut saya uraikan perbandingan buku yang telah saya analisis.
1.    Buku Evaluasi pendidikan yang ditulis Drs. H. Daryanto, menyajikan pembahasan tentang evaluasi pendidikan yang telah disesuaikan dengan silabus kurikulum nasional, yakni konsep dasar evaluasi pendidikan, klasifikasi tujuan instruksional, teknik evaluasi, pengukuran ranah kognitif, efektif, dan psikomotor dalam pendidikan agama Islam, prosedur pelaksanaan evaluasi, analisis butir-butir instrumen evaluasi, dan interpretasi nilai evaluasi.
2.    Buku Belajar dan Pembelajaran yang ditulis Dr. Dimyati dan Drs Mudjiono, membahas mengenai proses belajara mengajar. Beberapa diantaranya dalam buku ini terdapat motivasi belajar, masalah-masalah dalam pemelajaran dimana guru sebagai pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan memecahkan masalah-masalah belajar siswa, konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran, pembelajaran dan pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.
3.    Buku yang ditulis Prof .Dr. Made Pidarta dengan judul Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem, membahas mengenai konsep dasar dalam perencanaan, didalamnya membahas mengenai pendidikan dan pembelajaran yang baik agar mencapai tujuan yang ditentukan.Kemudian membahas mengenai prosedur perencanaan yang harus diperhatikan  agar prencanaan tersebut mempunyai strategi dan system yang baik dalam pengelolaan pendidikan.
4.    Buku Kurikulum dan pembelajaran yang ditulis oleh Dr. Oemar Hamalik, membahas tentang pengertian pendidikan hakikat belajar,  membahas tentangkurikulum dan motivasi belajar. Dalam pendekatan pembelajaran, buku ini membahas mengenai perkembangan konsep pembelajaran, model pembelajaran berdasarkan teori-teori pembelajaran kemudian membahas pula mengenai


strategi belajar mengajar yang efektiv yang nantinya dapat digunakan saat proses belajar mengajar dilakukan.
5.    R.Ibrahim dan Nana Syaodih S penulis dalam buku Perencanaan Pengajaran membahas mengenai : Bagaimana merumuskan tujuan yang akan dicapai, cara apa yang akan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, dan materi/ alat apa yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran. Serta membahas mengenai beberapa bentuk format perencanaan pengajaran yang semuanya terarah kepada satu tujuan, yaitu agar terlaksana proses belajar- mengajar yang efesien dan efektif serta relevan dengan misi dan tujuan instruksional yang di susun dalam kurikulum.

B.  Komentar

Untuk mahasiswa LPTK, buku “Belajar dan Pembelajaran Interaktif” yang ditulis oleh Prof. Dr. Endang Komara, Drs., M.Si. memberikan petunjuk dan pengetahuan mengenai bagaimana cara belajar mengajar dengan menggunakan pemilihan metode yang tepat supaya mendapatkan output yang optimal, mengetahui pencapaian tujuan pendidikan dalam kurikulum, sehingga para pendidik akan tahu langkah apa yang harus dilakukan supaya tujuan pendidikan tercapai. Dari segi pembahasaan mudah dipahami dan banyak contoh yang diunggah dalam buku sehingga memberikan pemahaman yang mendalam bagi pembaca. Namun ada beberapa materi yang telah dijelaskan kemudian dibahas kembali, dan dalam buku ini ada beberapa penulisan kata yang salah.







DAFTAR PUSTAKA


Komara, Endang.Belajar dan Pembelajaran Interaktif, Bandung: Refika Aditama, 2014
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Syaodih, R. I. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Pidarta, M. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan System. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Pembelajaran Interaktif Rating: 4.5 Diposkan Oleh: In sepiring inovation

0 komentar:

Post a Comment